P3M.OR.ID. Sampah bukan hanya masalah, tetapi juga dapat menjadi sumber perekonomian kerakyatan. Untuk itu harus ada perubahan paradigma tentang sampah ini yaitu mencoba menjadikan sampah sebagai sumber perekonomian kerakyatan.
Hal tersebut dikatakan oleh Lucia Karina Direktur Coca-Cola Europacific Partners Indonesia saat memberikan sambutannya pada acara “Pengarusutamaan dan Pembentukan Tim Pengelola Sampah di Pesantren dan Masyarakat” di Pesantren Nur Iman Mlangi. “Sampah bukan hanya masalah, tetapi juga dapat menjadi sumber perekonomian kerakyatan. Di Banjar Seminyak, mereka berhasil menghasilkan pendapatan hampir 5 miliar per bulan dari pengelolaan sampah,” ungkapnya.
Menurut Karina sangat penting untuk mengubah paradigma tentang sampah. “Kita harus mengubah perilaku kita dan mencoba menjadikan sampah sebagai sumber perekonomian kerakyatan,” tambahnya. Dalam kesempatan tersebut Karina juga berbagi pengalamannya dalam pengelolaan sampah di berbagai daerah dan berhasil merubah paradigma tentang sampah.
“Saya pernah berdiskusi dengan teman-teman insinyur bahwa seharusnya kita tidak perlu mengekspor maggot. Sebaliknya, kita bisa mengolahnya menjadi bahan yang bermanfaat bagi kita sendiri. Terkait plastik, kualitas RDF tergantung dari multi-layer yang dikumpulkan. Dari pesantren, kita bisa memilah bukan hanya botol plastik tetapi juga bahan seperti snack kemasan,” jelasnya.
Selain itu dirinya juga menekankan pentingnya investasi jangka panjang dalam pengelolaan sampah. “Bersama dengan teman-teman, saya sering berdiskusi tentang penanaman modal akhirat, yang tidak hanya dengan mendonasi tetapi juga dengan menjaga bumi. Mari kita tinggalkan bumi ini dalam keadaan baik seperti saat kita lahir. Bumi benar-benar diberikan oleh Allah untuk kita rawat dan jaga,” tambahnya.
Asbabul Wurud
Sementara itu KH. Ahmad Mabarun Munahar, perwakilan Masyayikh Yayasan Nur Iman Mlangi mendukung sepenuhnya inisiatif ini. “Program P3M yang terkait dengan masalah persampahan ini memang menjadi keprihatinan bersama. Kami sangat mendukung pertemuan ini mengingat sudah sejak lama urusan persampahan di sini menjadi concern kami, khususnya di daerah Mlangi ini” ujarnya. Untuk itu dirinya berharap program ini membawa keberkahan dan manfaat secara berkelanjutan bagi 11 pesantren yang berlokasi di desa Mlangi.
Sedangkan Direktur P3M, KH. Sarmidi Husna dalam paparannya menjelaskan asbabul wurud program ini. “Program P3M tentang sampah ini berawal dari keluhan beberapa pesantren yang datang ke P3M terkait masalah sampah. Pesantren-pesantren ini banyak membuang sampah di TPA, namun karena jumlah santrinya banyak, retribusinya juga banyak,” jelasnya. , “P3M bersama tim membuat gerakan yang bernama Gerakan Santri Lestarikan Bumi (GELAR BUMI) untuk mengatasi masalah sampah di pesantren dan masyarakat sekitarnya.
Kiai Sarmidi menyebut program GELAR BUMI (Gerakan Santri Lestarikan Bumi) merupakan inisiasi P3M. “Program ini berangkat dari dua inspirasi kisah teladan. Pertama, kisah sahabat Nabi, Abu Darda, yang tetap menanam pohon meskipun diremehkan orang lain. Hal ini karena beliau ingat sabda Rasulullah SAW bahwa menanam pohon adalah amal jariyah. Kedua, kisah Ummu Mahjan, seorang perempuan yang selalu membersihkan masjid, yang mendapat penghormatan khusus dari Rasulullah SAW saat wafatnya. Dua kisah ini meneguhkan keyakinan kami bahwa program pengelolaan sampah ini akan membawa keberkahan,” ujarnya. .
Menurutnya GELAR BUMI dirancang dengan prinsip menjadikan pesantren sebagai subjek, bukan objek. ”Setelah pendampingan awal, harapannya pesantren dapat menjalankan program ini secara mandiri,” imbuhnya. Kiai Sarmidi menjelaskan program ini sejalan dengan kaidah fiqih al-dhararu yuzalu (bahaya harus dihilangkan), termasuk dampak dari bahaya sampah. ” Karena itu, mengatasi masalah sampah adalah jihad kita bersama, mengingat dampaknya yang sangat membahayakan bagi lingkungan, kesehatan, dan kebersihan,” tambahnya.
Masalah Serius
Sedangkan Dr. Ephipana Kristiani, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman Yogyakarta mengayakansituasi pengelolaan sampah di Kabupaten Sleman. “Kabupaten Sleman saat ini menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah dengan jumlah penduduk mencapai 1.157.000 jiwa dan volume sampah harian sebesar 601,6 ton,” ungkapnya. Untuk itu pihaknya membuat strategi utama yangmencakup dua aspek. ” Pertama peningkatan kinerja pengurangan sampah dan kedua peningkatan kinerja penanganan sampah.”
Dalam kesempatan yang sama Fitria Aryani, Manager Program P3M, menyoroti krisis sampah saat ini. “Indonesia menghadapi krisis sampah yang serius, terutama sampah plastik. Negara ini menjadi penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia,” tegasnya. Menurutnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan adalah kunci untuk mengurangi dampak lingkungan dari limbah.”
Sedangkan Peneliti P3M, Badrus Samsul Fata dalam sesi sore memaparkan pentingnya perencanaan dan pembentukan tim pengelola bank sampah di pesantren dan masyarakat. “Pembentukan bank sampah dimulai dengan perencanaan yang matang, yang melibatkan identifikasi tujuan spesifik dan terukur,” jelasnya. Selain itu, lanjut Badrus struktur organisasi bank sampah dirancang untuk fleksibilitas dan adaptasi sesuai dengan kebutuhan spesifik dari masing-masing bank sampah.
Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) bersama Pondok Pesantren Nur Iman Mlangi Sleman Yogyakarta menggelar program “Pengarusutamaan dan Pembentukan Tim Pengelola Sampah di Pesantren dan Masyarakat”. ada 124 peserta yang terdiri santriwan, santriwati dan masyarakat yang hadir dalam acara tersebut. Kegiatan ini akan menjadi langkah strategis dalam mengatasi permasalahan sampah di lingkungan pesantren dan masyarakat. Acara ini dipandu oleh Suraji Sukamzawi dan berlangsung selama sehari penuh.