Selamat Idul Fitri 1446H
Pilihan EditorProfil Pesantren

Jejak Seabad Pesantren Darussalam Martapura Kalimantan Selatan

146
×

Jejak Seabad Pesantren Darussalam Martapura Kalimantan Selatan

Sebarkan artikel ini
Pesantren martapura
Pondok Pesantren Darussalam Martapura merupakan salah satu pondok tertua di Kalimantan ( foto dok. wikipedia)

P3M.OR.ID. Kota Martapura memiliki akar sejarah yang kuat. Kota ini merupakan ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Dahulu, Martapura adalah pusat Kesultanan Banjar. Kerajaan Islam ini berjaya sejak abad ke-15. Perjalanannya berakhir pada abad ke-19. Bagi masyarakat Banjar, Martapura adalah kota religius. Kota ini melahirkan banyak ulama besar. Selain itu juga ada pesantren Darussalam Martapura yang saat ini telah berkembang pesat.

Dari Martapura, syiar Islam menyebar luas. Ajarannya menjangkau seluruh tanah Banjar. Bahkan hingga ke pelosok Pulau Kalimantan. Salah satu ulama besar adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary. Beliau mendapat dukungan penuh dari Sultan Banjar yang kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Lembaga ini bernama Pesantren Dalam Pagar Martapura melahirkan banyak ulama dan da’i. Atas perintah Syekh Arsyad, mereka menyebar ke berbagai wilayah. Mereka meneruskan dakwah ke seluruh penjuru Kalimantan. Basis-basis dakwah baru pun berdiri. Misalnya di Alabio, Amuntai, Pelaihari, hingga Sambas dan Tembilahan.

Kelahiran Madrasah di Tengah Arus Perubahan

Waktu terus berjalan. Syekh Arsyad wafat pada tahun 1777. Kemudian, Belanda membubarkan Kesultanan Banjar pada 1876. Meski begitu, Martapura tetap menjadi pusat studi agama. Pesantren Dalam Pagar terus menjadi sumber ilmu. Majelis-majelis taklim di masjid dan surau juga berkembang. Pada awal abad ke-19, angin perubahan tiba. Ide-ide pembaruan dari Jamaluddin Al Afghani sampai ke Nusantara. Persatuan bangsa Indonesiapun  mulai tumbuh. Salah satunya muncul melalui Syarikat Dagang Islam (SDI). Saat itu, pendidikan Islam masih sangat tradisional. Kegiatan belajar mengajar berlangsung di surau atau rumah guru.

Namun, para ulama merasakan dorongan untuk berubah. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah umum. yang tujuannya adalah memperkuat kepentingan kolonial. Selain itu, ada misi yang terselubung. Hal ini memicu para ulama untuk bertindak. Puncaknya terjadi pada 14 Juli 1914 M. yang bertepatan dengan 20 Sya’ban 1332 H. Para ulama, tokoh masyarakat, dan hartawan bermufakat. Mereka memprakarsai berdirinya sebuah lembaga pendidikan Islam baru. KH. Djamaluddin menjadi motor penggeraknya. Lembaga itu bernama “Madrasah Darussalam”. Lokasinya berada di Kampung Pasayangan, Martapura. KH. Djamaluddin menjadi pendiri sekaligus pimpinan pertama. Beliau memimpin dari tahun 1914 hingga 1919. Beliau juga menjabat sebagai presiden Syarikat Islam (SI) Martapura. Setelah beliau wafat, KH. Hasan Ahmad menggantikannya (1919-1922).

Era Transformasi di Bawah Kepemimpinan Para Ulama

Awalnya, Pesantren Darussalam menggunakan sistem tradisional. Materi pelajaran terbatas pada ilmu agama. Bangunan pesantren pun masih sangat sederhana. Kegiatan belajar memakai sistem halaqah. Para murid duduk mengelilingi guru. Tidak ada batasan umur atau tingkatan kelas. Lompatan besar terjadi saat KH. Kasyful Anwar memimpin. Beliau menjabat dari tahun 1922 hingga 1940. Beliau melakukan sejumlah pembaharuan penting. Nama madrasah diubah menjadi lebih lengkap. Beliau juga merombak gedung lama menjadi bangunan baru bertingkat.
Pembaharuan terpenting adalah sistem pendidikan. KH. Kasyful Anwar memperkenalkan sistem klasikal atau madrasah. Ia menetapkan jenjang pendidikan yang jelas. Mulai dari Tahdiriyah (3 tahun), Ibtidaiyah (3 tahun), hingga Tsanawiyah (3 tahun). Beliau juga menyusun kitab-kitab standar untuk pengajaran.

Setelah KH. Kasyful Anwar wafat, KH. Abdul Qadir Hasan melanjutkan kepemimpinan. Masa ini menghadapi pergolakan besar. Tentara Jepang menguasai Martapura. Mereka memaksa bangunan pesantren menjadi asrama. Namun, kegiatan belajar tidak berhenti. KH. Abdul Qadir Hasan memindahkan kelas ke rumah-rumah para guru.

Perkembangan Pesat Pasca Kemerdekaan

Situasi menjadi kondusif setelah revolusi kemerdekaan. Pesantren Darussalam berkembang sangat pesat. Kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Anang Sya’rani Arief (1959-1969). Kemudian oleh KH. Salim Ma’ruf (1969-1976). Jumlah santri dan guru terus bertambah. Mereka datang dari berbagai penjuru Kalimantan. Sistem pengajaran kembali diperbarui. Jenjang pendidikan ditetapkan lebih rinci. Lahir pula lembaga khusus persiapan guru agama. Lembaga ini memasukkan kurikulum pelajaran umum. Bahkan, didirikan Fakultas Syari’ah Darussalam untuk tingkat perguruan tinggi.

Pada periode KH. Badruddin (1976-1992), nama lembaga resmi bernama “Pondok Pesantren Darussalam Martapura”. Modernisasi terus berlanjut. Pesantren merespons kebutuhan masyarakat yang beragam. Tidak hanya pendidikan agama, namun juga ada pendidikan umum. Pesantren mendirikan SMP, Sekolah Pertanian, dan STM/SMK. Selanjutnya, di bawah KH. Abdussyukur (1992-2007), perkembangan fisik sangat signifikan. Bangunan lama peninggalan KH. Kasyful Anwar direnovasi total. Gedung kayu dua tingkat berubah menjadi beton tiga tingkat. Bangunan-bangunan baru juga didirikan di lokasi baru. Pada periode ini, berdiri pula “Pesantren Tahfidz al-Qur’an Darusalam”. STIS Darussalam juga ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI).

Ciri Khas dan Penyelenggaraan Pendidikan Hari Ini

Setelah KH. Abdussyukur wafat, KH. Khalilurrahman meneruskan estafet kepemimpinan pada 2007. Beliau fokus pada pembenahan manajemen. Pengelolaan keuangan dibuat lebih profesional. Koordinasi antar unit pendidikan ditingkatkan. Pesantren Darussalam memiliki ciri khas yang unik. Kurikulumnya mengacu pada kitab kuning Ahlussunnah wal Jama’ah. Namun, sekolahnya memakai sistem klasikal. Berbeda dari pesantren di Jawa, Darussalam tidak memiliki asrama terpusat. Santri tinggal di rumah masing-masing atau di sekitar pesantren.

Pesantren juga menjalin hubungan erat dengan masyarakat. Lokasinya berbaur di tengah pemukiman penduduk. Hal ini menjadikan Pondok pesantren Darussalam, Martapura menjadi pesantren besar. Kini, Pondok Pesantren Darussalam menaungi berbagai lembaga pendidikan, antara lain Pendidikan Diniyah (Tahdiriyah, Awwaliyah, Wustha, Ulya), MA Mu’alimin. Kemudian ada SMP Darussalam, STM-SMK Teknik Darussalam hingga STAI Darussalam. Selain itu terdapat  Pondok Tahfidz dan Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Ma’had Aly Darussalam dan Takhassus Diniyah untuk orang dewasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *