P3M.OR.ID. Kota Semarang kini menghadapi kondisi darurat. Menjawab tantangan serius ini, Pesantren Al-Itqon Semarang mengambil langkah nyata dengan menggagas sebuah gerakan besar mengatasi permasalahan sampah. Bekerja sama dengan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), mereka mendeklarasikan ‘jihad’ lingkungan dengan melestarikan bumi dari ancaman sampah.
Hal tersebut terungkap dalam Sosialisasi dan Pelatihan Pengelolaan Sampah Pesantren yang berlangsung pada tanggal 28-29 Juli 2025. Acara ini bertujuan untuk mencetak 100 kader lingkungan yang siap beraksi. Kader-kader ini akan menjadi motor penggerak di lingkungan pesantren masing-masing. Para peserta merupakan pengurus dari tujuh pesantren di Semarang. Mereka adalah perwakilan dari Pesantren Al-Itqon, Futuhiyyah, dan Nurul Burhani. Ada pula utusan dari Pesantren Al-Wathoniyyah, Sempol, serta Aris. Gerakan ini juga didukung oleh anggota Fatayat NU dan beberapa Pengurus RT setempat yang peduli.
Dalam sambutan pembukaannya Wakil Walikota Semarang, Ir. H. Iswar Aminuddin, MT, menyampaikan fakta bahwa Kota Semarang tidak baik-baik saja perihal sampah. Kesadaran kolektif menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini. “Bahwa sampah hari ini, kondisi darurat, perlu disikapi bersama. Produksi sampah di Kota Semarang hari ini mencapai hampir 1.000 ton per hari. Perlu ada kesadaran penuh yang perlu kita ciptakan penerapan di pengelolaan sampah,” kata Iswar saat membuka acara di Ponpes Al-Itqon, Senin (28/7).
Makna Jihad dalam Konteks Lingkungan
Kondisi inilah yang melandasi gerakan “Jihad Santri Melestarikan Bumi”. Program ini diusung P3M sebagai komitmen serius membantu negara. Data nasional menunjukkan urgensi masalah ini. Indonesia menghasilkan 38 juta ton sampah setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 38% belum terkelola secara layak.
Pesantren mempunyai potensi luar biasa sebagai agen perubahan. Terdapat lebih dari 40.000 lembaga pesantren di seluruh Indonesia. Namun, survei P3M pada tahun 2024 menemukan fakta lain. Masih banyak pesantren yang belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang terstruktur.
Sementara itu Direktur P3M, KH. Sarmidi Husna, memberikan perspektif mendalam mengenai jihad. Menurutnya, semangat perjuangan para ulama harus terus relevan dengan zaman. Jika dulu para kiai berjihad melawan penjajah, kini bentuk jihadnya berbeda. Mengatasi kerusakan lingkungan adalah jihad masa kini. “Upaya yang sungguh-sungguh untuk menghilangkan bahaya (mudarat) dari sampah adalah bagian dari jihad,” tegasnya. Kiai Sarmidi juga mengingatkan keteladanan dari zaman Rasulullah. KH. Sarmidi Husna menceritakan bagaimana Nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan petugas kebersihan.
“Pengelolaan sampah, di zaman Rasulullah Muhammad SAW menjadi perhatian tersendiri. Bahkan ketika sahabat nabi. Ummu Mahjan, yang mengelola kebersihan dan persampahan lingkungan masjid yang menjadi tempat beribadah Rasul dan sahabat, meninggal dunia, Rasulullah mendoakan secara khusus di makamnya,” tutupnya. Kisah ini menjadi bukti bahwa menjaga kebersihan adalah bagian penting dari ajaran Islam.
Mencetak 100 Agen Perubahan Terampil
Pelatihan di Semarang ini menargetkan 100 peserta. Mereka terdiri dari pengurus pesantren, santri, hingga petugas kebersihan. Selama pelatihan intensif, mereka tidak hanya menerima teori. Para peserta dibekali serangkaian keterampilan yang praktis dan komprehensif. Tujuannya adalah mencetak agen perubahan yang mahir mengelola sampah. Materi pelatihan mencakup prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Para Peserta juga belajar manajemen bank sampah secara profesional. Keterampilan teknis menjadi fokus utama. Mereka mengajarkan cara memilah sampah, membuat kompos dari sampah organik, dan membangun biopori. Lebih dari itu, pelatihan ini memperkenalkan solusi inovatif. Peserta belajar membuateko-enzimdari sisa buah dan sayur. Mereka juga mengebor untuk membudidayakan maggot dan lele. Metode kedua ini merupakan solusi cerdas untuk mengolah sampah organik sekaligus menghasilkan nilai ekonomis.
Lahirnya 100 kader lingkungan ini adalah langkah awal sebuah perjuangan besar. Mereka diharapkan menjadi garda terdepan dalam ‘jihad’ melawan darurat sampah. Para kader ini tidak hanya akan mengubah pesantrennya menjadi lebih bersih dan hijau. Mereka juga diharapkan mampu menyebarkan virus kebaikan ini ke pesantren-pesantren lain. Inisiatif Pesantren Al-Itqon dan P3M membuktikan bahwa institusi Islam siap memimpin upaya pelestarian bumi
Acara pembukaan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting. Pengasuh Pesantren Al-Itqon, KH. Ubaidillah Shodaqoh, hadir memberikan dukungan penuh. Turut serta KH. Sarmidi Husna selaku Direktur P3M. Pemerintah pun menunjukkan dukungannya melalui kehadiran Ir. H. Iswar Aminuddin, MT, Wakil Walikota Semarang. Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang juga hadir memperkuat sinergi ini.