P3M.OR.ID. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pesantren se-Indonesia sukses menyelenggarakan Muktamar ke-5. Forum organisasi tertinggi ini berlangsung khidmat di Pesantren Darunnajah, Jakarta Selatan. Dengan mengusung tema besar “Revitalisasi Peran Santri dalam Pembangunan Bangsa” tersebut mencerminkan semangat baru kaum santri. Mereka siap menjawab tantangan zaman. Sedikitnya 315 perguruan tinggi berbasis pesantren mengirimkan delegasinya dan ribuan mahasantri dari seluruh penjuru negeri berkumpul dalam satu forum.
Muktamar ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi namun juga juga melahirkan kepemimpinan baru yang akan mengarahkan gerakan mahasantri ke depan. Melalui proses demokrasi, forum secara resmi memilih Presidium Nasional baru yaitu Ahmad Samsul Munir yang akan memimpin BEM Pesantren Periode 2025-2027
Proses pemilihan yang dipimpin oleh Moh. Aam Badrul Hikam berjalan kondusif. Forum ini menunjukkan kedewasaan para mahasantri dalam berdemokrasi. Sebagai pemimpin terpilih, Samsul Munir memiliki visi yang jelas. Samsul ingin menjadikan kepemimpinannya lebih dari sekedar simbol akan tetapi BEM Pesantren menjadi kekuatan moral dan intelektual. “Termasuk keadilan sosial serta berpihak kepada mahasantri dan masyarakat kecil dengan tidak meninggalkan aksi nyata yang lebih adil, beradab, dan berpihak pada kebenaran,” kata Samsul Munir dalam pernyataannya. Selain itu visinya adalah mengawal demokrasi dan juga bertekad memperjuangkan keadilan sosial. dan tidak kalah penting, lanjut Samsul, gerakan BEM Santri akan selalu berpihak pada kepentingan mahasantri dan masyarakat luas.
Tantangan Mahasantri di Era Digital
Sebelumnya, Presidium Nasional periode sebelumnya, Muhammad Naqib Abdullah, memberikan Berbagai Penting. Ia menyoroti peran krusial mahasantri di era modern. Menurutnya, mahasantri tidak boleh tertinggal oleh perkembangan zaman. Kemampuan literasi digital menjadi suatu keharusan. “Mahasantri harus selalu ikut aktif dalam perkembangan zaman, harus juga melek dalam digital. Menjadi mahasantri harus bisa membedakan dan memberikan tanggapan antara informasi yang faktual dan informasi yang hoaks,” tegas Naqib. Pesan ini menggarisbawahi tanggung jawab intelektual seorang santri. Mereka diharapkan menjadi benteng pertahanan melawan disinformasi. Kemampuan memilah berita benar dan hoaks menjadi kunci.
Acara akbar ini mendapat perhatian dari tokoh nasional. Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat RI, Muhaimin Iskandar, secara resmi membuka muktamar. Pria yang akrab dengan sapaan Gus Imin ini memberikan pesan mendalam. Ia mendorong para santri untuk terus berinovasi. Kemandirian dan pemberdayaan di berbagai sektor harus menjadi fokus utama. “Para santri harus terus menggali potensi, memperkuat daya saing, dan adaptif terhadap perkembangan zaman,” ujar Gus Imin. Dukungan ini menjadi energi positif. Hal tersebut membuktikan bahwa peran santri semakin mendapat pengakuan dalam skala nasional. Mereka tidak lagi dipandang hanya sebagai penjaga tradisi. Namun, mereka juga melakukan perubahan dan pembangunan.
Estafet Kepemimpinan dan Harapan Baru
Dalam prosesi serah terima jabatan menjadi momen emosional. Muhammad Naqib Abdullah menaruh harapan besar pada kepemimpinan yang baru. Ia yakin gerakan mahasantri akan terus bertumbuh. Selain itu soliditas dan dampak nyata bagi masyarakat menjadi sasaran utamanya. “Saya percaya kepada tangan pemimpin yang baru, pada gerakan mahasantri akan terus tumbuh menjadi lebih kuat, solid, dan berdampak nyata bagi mahasantri di Halaqoh BEM Pesantren se-Indonesia,” katanya.
Naqib juga berpesan agar pemimpin baru menjaga integritas gerakan. Solidaritas harus terus dirawat. Selain itu, inovasi dan inovatif yang relevan sangat juga menjadi tantangan untuk menjawab zaman. “Harapan saya dapat menjaga integritas gerakan, dapat merawat solidaritas dengan memperkuat peran mahasantri, serta melanjutkan agenda strategi dengan membawa inovasi trobosan yang relevan,” sambungnya.
Baginya, regenerasi ini bukan sekedar pergantian posisi. Ini adalah kerinduan perjuangan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Muktamar ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren telah bertransformasi. Dari lembaga pendidikan agama, kini menjadi pusat kaderisasi pemimpin bangsa.
Naqib juga mengajak seluruh peserta untuk merangkul perguruan tinggi lain. Begitu pula apabila ada rekanan mahasantri dari perguruan tinggi lain yang belum tergabung BEM Pesantren, boleh diajak dan disampaikan ke pengurus nasional untuk melakukan proses pendataan, ujarnya













