Selamat Idul Fitri 1446H
FigurPilihan Editor

KH Zulfa Mustofa Sebut Sanad Ilmu di Pesantren Adalah Emas yang Tak Ternilai

18
×

KH Zulfa Mustofa Sebut Sanad Ilmu di Pesantren Adalah Emas yang Tak Ternilai

Sebarkan artikel ini
Sanad ilmu merupakan ciri khas pendidikan pesantren
KH Zulfa Mustofa menjelaskan keistimewaan belajar di pesantren. Ia menekankan pentingnya sanad ilmu yang laksana emas bagi para santri dalam menuntut ilmu.

P3M.OR.ID. Wakil Ketua Umum PBNU, KH Zulfa Mustofa menyoroti keistimewaan belajar di pesantren yang tidak ada pada  tempat lain. Dalam Haul Masyayikh dan pengajian umum pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas menekankan perbedaan mendasar antara menimba ilmu di pesantren dengan belajar secara otodidak. Terutama melalui media sosial yang seringkali tidak jelas sumbernya. Menurutnya, pesantren menawarkan jalur keilmuan atau sanad ilmu yang tersambung langsung kepada ahlinya.

“Belajar langsung dari pesantren pasti berbeda dengan belajar ketika mengambil agama dari media sosial atau tempat-tempat yang tidak bersanad. Sanad dalam mencari ilmu adalah laksana emas,” ujar alumni Pondok Pesantren Mathali’ul Falah Kajen. Keutamaan sanad ilmu menurutnya adalah jaminan otentisitas. Ia ibarat rantai emas yang menghubungkan seorang santri dengan gurunya. Rantai ini terus bersambung hingga sampai kepada Rasulullah SAW. Kejelasan silsilah ilmu inilah yang membuat ajaran Islam tetap murni dan terjaga.

Sanad Ilmu dan Berkah yang Terus Mengalir

Di tengah maraknya informasi keagamaan yang simpang siur, Kiai Zulfa menyebut pesantren sebagai benteng teraman. Ia memberikan jawaban tegas atas pertanyaan di mana tempat belajar agama yang paling aman saat ini. “Hari ini kalau kita ditanya belajar agama paling aman di mana? Jawabannya adalah di pesantren, karena keilmuannya jelas,” tegasnya.
Namun, ia juga memberikan kriteria pada sebuah lembaga yang bisa disebut pesantren. Menurutnya, ada tiga unsur fundamental yang wajib dipenuhi.

“Dengan syarat memenuhi kriteria pesantren. Pesantren dikatakan pesantren kalau ada 3 unsur. Satu ada kiai atau bu nyai yang mau istiqamah mengajar. Kedua, kalau ada santri yang mau belajar kepada kiai dan bu nyai. Ketiga, baru disebut pesantren itu mempelajari kitab kita tsurots atau kitab-kitab kuning,” tambahnya.
Tiga pilar ini—pengajar yang istikamah, santri yang tekun, dan kajian kitab kuning—menjadi fondasi utama yang menjaga tradisi intelektual pesantren selama berabad-abad.

 

KH Zulfa Mustofa juga menampilkan kebesaran Pesantren Bahrul Ulum dengan tokoh sentral Nahdlatul Ulama, KH Wahab Chasbullah. Beliau adalah salah satu pendiri NU yang paling berpengaruh. Mbah Wahab merupakan representasi dari semangat dan keilmuan Bahrul Ulum. “Mbah Wahab Hasbullah adalah representasi dari Bahrul Ulum yang paling terkenal. Kita ini beruntung kalau belajar di pesantren seperti ini, berarti kita sudah belajar agama Islam dari sumbernya,” terangnya.

Belajar di Bahrul Ulum berarti ikut menyerap semangat perjuangan Mbah Wahab. Selain itu, Kiai Zulfa meyakini bahwa keberkahan pesantren tidak akan pernah pudar. Keberkahan itu akan terus hidup selama proses belajar mengajar tetap berjalan. “Saya percaya keberkahan pondok seperti Bahrul Ulum Tambakberas, pondok pesantren di bawah RMINU. Pesantren ini masih eksis karena masih ada kiai atau bu nyai yang ngajar ngaji,” tegasnya.

Silaturahmi Spiritualitas

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Yayasan Pesantren Bahrul Ulum, KH Wafiyul Ahdi, turut memberikan Beragam. Pria yang populer dengan sebutan Gus Wafi ini mengapresiasi kehadiran para alumni. Menurutnya, haul ini menjadi bukti kepedulian mereka terhadap almamaternya. “Kami melakukan banyak ikhtiar bagaimana Pesantren Bahrul Ulum tetap eksis tetap, tetap berkah, tetap ramai, tetap banyak sumber daya manusia yang semangat ngaji, dan banyak para santri yang semangat thalabul Ilmi di bumi Bahrul Ulum,” jelas Gus Wafi.

Beliau menambahkan, acara ini menjadi momen reuni spiritual yang sangat berharga. Banyak alumni yang sudah puluhan tahun tidak kembali. Kehadiran mereka menunjukkan ikatan batin yang kuat dengan paramasyayikh. “Para alumni, mungkin ada sebagian di antara njenengan ada yang berpuluh-puluh tahun tidak ziarah ke Pesantren Bahrul Ulum. Dari tadi pagi di setiap sudut Tambakberas penuh dengan alumni. Kumpul semua untuk menyambung silaturahim spritualitas dengan masyayikh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. Ini menandakan para alumni peduli dengan pondok Bahrul Ulum,” imbuhnyaa mengutip laman nu.or.id. Acara terakhir adalah dengan amanat dari Ketua Majelis Pengasuh, KH Muhammad Hasib Wahab Hasbullah. Beliau berpesan kepada para alumni untuk senantiasa memegang teguh tiga wasiat penting dari para pendahulunya

Suasana khidmat dan penuh berkah pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. Ribuan santri dan alumni dari berbagai daerah berkumpul pada Rabu (25/6/2025) malam. Mereka hadir untuk mengikuti Haul Masyayikh dan pengajian umum. Acara akbar ini memiliki makna ganda. Selain sebagai agenda tahunan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan dua abad Pesantren Tambakberas. Perayaan puncak bersejarah tersebut rencananya akan berlangsung pada 25 Oktober 2025 mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *