P3M.OR.ID. Siang itu, Selasa 30 Juli 2024, selepas sholat dzuhur, udara terasa menyengat. Saya dan Pak Lumut (57 Thn) janjian bertemu untuk menyerahkan dana kepada mustahik penerima program Kita Jaga Usaha (KJU) BAZNAS RI 2023.
Pak Lumut adalah salah seorang mustahik program KJU Baznas. Laki-laki kelahiran Medan ini, selain sebagai mustahik, ia juga sebagai ketua kelompok bagi empat mustahik lain yang tidak punya rekening Bank di Wilayah Jakarta Timur. Saya mengenal Bang Lumut, begitu saya memanggilnya, di Masjid al-Muttaqin Condet Balekambang, sebagai jama’ah sholat di masjid tersebut. Tak jarang Bang Lumut menawari tumpangan kepada saya ketika menuju masjid dengan sepeda motornya.
Bang Lumut bersama istrinya membuka warung kecil melayani parut kelapa dan saat ini bisa juga melayani sampai menjadi santan. Ketika saya ke masjid, saya melewati warungnya. Waktu ada program KJU Baznas kerjasama dengan P3M untuk wilayah Jakarta Timur, saya teringat Bang Lumut. Saya pun mengajaknya untuk bergabung dengan program ini. Alhamdulillah, ia bersedia. Karena tidak sedikit pelaku usaha yang saya tawari program ini mereka menolaknya dengan berbagai alasan.
Waktu pendataan, ada sejumlah mustahik yang tidak mempunyai rekening Bank. Solusinya adalah dengan bergabung dengan mustahik lain yang mempunyai rekening. Ketika saya meminta Bang Lumut untuk menjadi Ketua Kelompok bagi mustahik yang tidak mempunyai rekening, ia bersedia. Akhirnya empat mustahik menggunakan rekening Bang Lumut. Konsekwensinya, Bang Lumut harus menyediakan waktu untuk menyerahkan dana tersebut ke mustahik anggotanya.
Akhirnya, saya dan Bang Lumut Bertemu. Kami berkendara masing-masing. Saya melaju di depan, sebagai petunjuk jalan, menuju ke tempat empat mustahik berjualan. Pertama, kami menuju ke jalan Kayu Manis dimana Mas Faiz mangkal berjulan tape singkong. Sebelumnya kami saling berkirim pesan.
“Ini nunggu di tkp aja pa kita kerumah yg punya rekening mumpung jualanku tinggal dikit pak..kalo besok kan gak tau jualanya gimana…?”
Saya memahami ia ingin cepat menerima dana bantuan tersebut. Karena sudah lama menunggu. Tidak sedikit para mustahik yang terus bertanya kapan dana KJU Baznas turun. Bahkan ada juga mustahik yang khawatir dengan data pribadinya yang sudah diberikan, ada yang khawatir ini hanya hoaks, penipuan dan lainnya. Tapi akhirnya mereka bisa tersenyum ketika dana, betul-betul sudah ditransfer dan dibagikan kepada mereka.
“Digunakan sebaik-baiknya ya Bang uang ini.”
Kata Bang Lumut ketika menyerahkan dana KJU Baznas ke Mas Faiz, penjual tape singkong di jalan Kayumanis, Jakarta Timur. Ia seperti orang tua yang sedang menasihati anaknya.
Saya lihat wajah Mas Faiz begitu cerah dan ada segurat senyum yang terlintas di wajahnya. Ia menerima uang itu dan memberi masing-masing kami seplastik tape singkong.
“Terima kasih ya Pak, ini sedikit,” katanya sambil menyerahkan tape singkong. Kami pun tak kuasa menolak rasa syukurnya.
Terus Berlanjut
Kami kemudian berlanjut. Masih di jalan Kayu Manis. Kami menemui Kakek Rafiq (64 Th)). Ia biasa mengelar dagangannya di pinggir jalan Kayu Manis. Terkadang ia berjualan dengan istrinya. Tapi belakangan saya lihat ia hanya sendiri. Ia berjualan melinjo merah. Terkadang ia juga berjualan kluwek atau pucung yang biasa digunakan untuk memasak ikan gabus. Dulu di Condet terkenal dengan masakan gabus pucung. Konon katanya masakan ini nikmat sekali. Tapi saat ini sudah jarang ditemui.
Waktu saya mendata Kakek Rafiq ini, ia kesulitan menunjukkan Kartu Keluarganya. Tapi saya bersikeras untuk mendaftarkannya karena melihat kondisinya. Akhirnya, Baznas menginzinkannya khusus untuk kakek Rafiq. Ketika suatu malam saya melintas di jalan Kayu Manis, saya mendapati kakek Rafiq ini masih berjualan. Saya kaget, di usianya yang sudah senja tapi ia masih bekerja keras mencari rezeki sampai malam.
Akhirnya saya dan Bang Lumut bertemu dengan kakek Rafiq. Menyapanya, memberi tahu bahwa dana dari Baznas sudah turun. Kami menyerahkan dana tersebut. Ia pun terlihat di wajahnya yang mulai kriput ada seulas senyuman. Kami bahagia melihatnya. Kami sempat berfoto bersama.
Kami berlanjut ke mustahik lainnya yaitu Pak Nandang Ardiansyah (60 Th) di Jalan Pangeran Balekambang. Ia orang Garut yang berjualan bubur ayam. Dulu saya salahsatu pelanggannya. Awalnya ia berjualan di depan sekolah Islamic Global School Condet. Waktu di tempat ini, jualannya sangat ramai yang beli. Tapi entah kenapa, ia kemudian pindah ke dalam yaitu di Jalan Pangeran. Tentu di tempat yang ini tidak seramai di tempat yang dulu. Ketika kami menyerahkan dana KJU Baznas ini, ia pun terlihat sangat senang.
Syukur Alhamdulillah
“Hatur nuhun pisan nya kang.” Katanya sambil tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang bahagia.
Kemudian kami melanjutkan ke rumah Bang Mat Yusup (59Th). Ia bersama istrinya berjualan kopi sachet yang diseduh di depan rumahnya. “Ya saya berjualan kaya gini aja.” Kata Bang Ucup, begitu saya biasa memanggilnya. Kemudian Bang Lumut menyerahkan dana KJU Baznas kepadanya dan saya memintanya untuk mendatangani bukti penyerahan uang tersebut di lembar berita acara.
“Terima kasih banyak.” Katanya singkat, dengan raut wajah yang bahagia.
Tugas pun telah ditunaikan. Saya dan Bang Lumut langsung pamit meninggalkan rumah dan warung
Bang Ucup dengan menjinjing sekantung rasa bahagia. Bahagia telah melihat seulas senyum dari para mustahik.
Alhamdulillah, semua mustahik yang terdaftar dalam program mustahik penerima program Kita Jaga Usaha (KJU) BAZNAS RI 2023 kerjasama dengan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) yang berjumlah 300 mustahik tersebar di Depok, Jakarta Timur, Bekasi dan Tangerang sudah diserahkan semua kepada mustahiknya, baik secara transfer langsung dari Baznas maupun diserahkan secara tunai oleh ketua kelompok atau orang yang dipinjami rekening. Semoga program KJU ini bermanfaat bagi para mustahik. Dan kami berharap tidak berhenti sampai disini, tapi berlanjut ke mustahik-mustahik lainnya yang mereka sangat membutuhkan. Wallahu ‘alam. (MA)