KH. Achmad Masduqi Machfudz |
Innalillahi, KH. Achmad Masduqi Machfudz wafat
RMI NU, Media Pesantren,
Innalillahi wa innailaihi raji’un, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga pengasuh Pondok Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda, KH Achmad Masduqi Machfudz wafat pada Sabtu, 1 Maret 2014 sekitar pukul 17.45 WIB di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Informasi diteruskan dari staf syuriyah PBNU H. Mahbub Ma’afi.
Informasi serupa juga disampaikan salah seorang anggota milis PPM Aswaja, Muhammad Alfiah Zuhdi melalui konfirmasi kerabat dekat KH. Masduqi.
“Innalillahi wainnailaihi raji’un, telah berpulan ke rahmatullah KH. Achmad Masduqi Mahfudz Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda, Mergosono, Malang, pada hari Sabtu 1 Maret 2014, pukul 17.45 WIB. Semoga amal beliau diterima di sisi Allah SWT. Dan diampuni segala dosa beliau. Insyaallah disarekan (dimakamkan, red) besok Minggu ba’da Dzuhur. Nahdlatul Ulama kehilangan lagi kiyai…” tulisnya.
Dikutip dari website pesantren yang diasuhnya, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda, KH Masduqi Mahfudz dilahirkan di desa Saripan (Syarifan) Jepara Jawa Tengah pada 1 Juli 1935.
KH. Achmad Masduqi Mahfudz, Kiai yang Sederhana
Mantan Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur ini dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Ia memiliki prinsip hidup “Kalau kita sudah meraih berbagai macam ilmu terlebih ilmu agama, maka kebahagiaan yang akan kita capai tidak saja kebahagiaan akhirat, akan tetapi kebahagiaan dunia pun akan teraih.”
Dari hasil pernikahannya dengan Nyai Chasinah putri dari KH Chamzawi Umar pada 7 Juli 1957 dalam usia 22 tahun, ia dikaruniai 9 orang anak. Sebelum memasuki dunia perkuliahan seluruh putra dan putrinya tanpa kecuali diharuskan mengenyam pendidikan di pesantren. Ini merupakan prinsip yang ditanamkan Kiai Masduqi para putra putrinya. Dari pengalaman mengaji di pesantren ini, meskipun lata belakang pendidikan putra putri beragam, mereka mampu menjalankan amanah dakwah di tengah-tengah masyarakat.
Terlahir di tengah-tengah keluarga religius yang taat, sejak kecil ia sudah dihiasi dengan tingkah laku, sikap dan pandangan hidup ala santri. Ia dikenal sangat mencintai dunia keilmuan. Sejak kecil, Kiai Masduqi menimba ilmu di pesantren dan sekolah umum dengan biaya sendiri dengan menyempatkan berkeliling menjual sabun dan kebutuhan yang lain tanpa sepengetahuan kiai atau orang tuanya sendiri.
Sambil menuntut ilmu di SGHA (Sekolah Guru dan Hakim Agama) di Yogyakarta, ia mengaji di Pesantren Krapyak asuhan Yogyakarta KH. Ali Maksum. Sejak 1957 ia mengajar di berbagai sekolah di Kalimantan, seperti di Tenggarong, Samarinda, dan Tarakan. Pada 1964 ia melanjutkan studi di IAIN Sunan Ampel Malang, sekaligus sebagai dosen Tadribul Qiraah (bimbingan membaca kitab), bahasa Arab, akhlak, dan tasawuf.
Pemahamannya terhadap kitab gundul sangat dalam, baik ketika dalam pembahasan masalah di forum majlisul bahtsi wal muhadlaratud diniyyah, kodifikasi hukum Islam, bahtsul masail, maupun tanya jawab hukum Islam pada majalah Aula.
KH. Achmad Masduqi Mahfudz Perintis Pondok Pesantren Nurul Huda
Pesantren Nurul Huda yang dirintisnya bermula hanya sebuah mushalla kecil yang berada di Mergosono gang 3B. Mushalla yang sebelumnya sepi oleh aktivitas ibadah mulai digalakkan semenjak ia berdomisili di situ ketika meneruskan pendidikannya di IAIN Sunan Ampel Cabang Malang. Karena keahliannya dalam bidang agama, banyak mahasiswa yang nyantri kepadanya dan kemudian terus ia semakin dikenal dan semakin banyak orang belajar agama sampai akhirnya musholla kecil tersebut menjadi pesantren yang sesungguhnya. (mukafi niam, NU Online, dan berbagai sumber)
Post: NU Online
Link: http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,50499-lang,id-c,nasional-t,Innalillah++KH+Masduqi+Mahfudz+Wafat-.phpx