Selamat Idul Fitri 1446H
Pilihan EditorProfil Pesantren

Sepak Terjang Ki Jatira dan awal Pesantren Babakan Ciwaringin

79
×

Sepak Terjang Ki Jatira dan awal Pesantren Babakan Ciwaringin

Sebarkan artikel ini
Pondok pesantren Assalafie Babakan, Ciwaringin merupakan salah satu pondok pesantren tertua di indonesia ( Foto ist)

P3M.OR.ID. Pesantren Babakan Ciwaringin adalah salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia. Jejak sejarahnya terbentang sejak tahun 1705 M. Pesantren ini lahir dari gagasan seorang pendakwah sekaligus pejuang gigih. Ia bernama KH Hasanudin bin Abdul Latif, atau lebih dikenal sebagai Ki Jatira. Sejarah pesantren ini bukan sekadar cerita tentang pendidikan. Ini adalah epik perjuangan melawan penjajah dan mempertahankan syiar Islam.

Sosok Ki Jatira sendiri sangat disegani. Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin, KH Arwani Syaerozi, Ki Jatira memiliki nasab yang mulia. Ia merupakan keturunan tokoh besar penyebar Islam di tanah Jawa.

“Beliau ini keturunan dari Syekh Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati Cirebon dan juga keturunan dari Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Jadi ada dua jalur,” tutur Arwani.

Julukan “Ki Jatira” melekat karena sebuah kebiasaan sederhana. Ia sering beristirahat di bawah dua pohon jati saat membangun pusat pendidikan. Jati berarti pohon jati, dan ra dalam bahasa Jawa berarti dua.

Benteng Perlawanan Terhadap Penjajah

Ki Jatira tidak hanya membangun lembaga pendidikan. Ia juga membangun benteng perlawanan. Awalnya, beliau mendirikan sebuah musala kecil di Babakan. Musala itu menjadi tempat warga dan santri belajar ilmu agama. Namun, aktivitasnya menarik perhatian penjajah Belanda. Syekh Hasanudin atau Ki Jatira ini merupakan tokoh pejuang yang menghadapi penjajah Belanda pada waktu itu. 

Perlawanan ini mencapai puncaknya karena sebuah proyek besar. Belanda merencanakan pembangunan Jalan Raya Pos sepanjang 1.000 kilometer. Proyek ini mengancam akan menggusur tanah pesantren. Ki Jatira dengan tegas menolak rencana tersebut. Ia bahkan berani memindahkan patok dan tanda jalan untuk mengelabui Belanda. Tujuannya agar jalan itu tidak melewati area pesantren. Tindakan berani inilah yang membuat Belanda sangat ingin menghancurkannya.

Pada tahun 1718, Belanda menyerang padepokan Ki Jatira. Para santri dan masyarakat memberikan perlawanan sengit. Namun, kekuatan Belanda lebih besar dan mereka berhasil mengalahkan Ki Jatira.

Semangat yang Tak Pernah Padam

Kekalahan tidak membuat Ki Jatira menyerah. Ia kembali ke Babakan Ciwaringin pada tahun 1721. Ia mulai membangun kembali padepokannya dengan semangat baru. Namun, pihak Belanda kembali mengetahui upayanya. Mereka segera merencanakan serangan kedua.

Ki Jatira mendapat kabar tentang rencana serangan itu. Ia bersama para santrinya segera mengungsi ke Plumbon. Karena kegigihannya, Ki Jatira menjadi inspirasi bagi perjuangan yang lebih besar. Perlawanannya memicu tercetusnya perang besar di Cirebon, yaitu Perang Kedongdong.

“Pada saat perang kedongdong itu yang menggerakan dan bergerak saat itu di antaranya Pesantren Babakan Ciwaringin yaitu Syekh Hasanudin atau Ki Jatira,” jelas Arwani. Pesantren Babakan Ciwaringin berkontribusi penuh dalam perang bersejarah itu.

Lahirnya Pesantren Assalafie

Ki Jatira wafat dalam pengungsian dan dimakamkan di Desa Marikangen, Plumbon. Namun, obor dakwahnya tidak pernah padam. Perjuangan dilanjutkan oleh anak dan cucunya. Salah satunya adalah KH Syaerozi. Beliau kemudian mendirikan Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin pada tahun 1966.

“Babakan Ciwaringin dahulu kan pedukuhan yang santrinya orang sekitar dan orang yang menempuh ilmu kanuragan. Kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan pesantren belajar ilmu agama. Yang saat ini generasi kesembilan dari Ki Jatira,” tutur Arwani.

KH Syaerozi adalah sosok ulama kharismatik. Ia lahir pada 10 Maret 1935 dari keluarga ulama. Sejak kecil, ia menunjukkan kecerdasan luar biasa. Pada usia 14 tahun, ia sudah hafal Nadzom Alfiyah Ibnu Malik. Sebuah kitab gramatika Arab yang sangat rumit.

Ada sebuah kisah menarik sebelum ia menikah. Gurunya, KH Abdul Hannan, melihat cahaya terpancar dari wajah seorang santrinya di malam hari. Karena gelap, ia menandai sarung santri itu dengan ikatan. Keesokan harinya, ia menemukan bahwa santri itu adalah Syaerozi. Terkesan dengan kesalehannya, KH Abdul Hannan pun menjodohkannya dengan putrinya, Nyai Hj Tasmi’ah.

Bersama istrinya, KH Syaerozi mendirikan Pesantren Assalafie. Beliau mendedikasikan hidupnya untuk mendidik ribuan santri. Beliau juga aktif di berbagai organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, ia juga seorang penulis produktif. Karyanya meliputi kitab tentang ilmu gramatika Arab, ushul fikih, dan hadis.

KH Syaerozi wafat pada 12 Juli 2000. Ia meninggalkan putra-putri yang kini melanjutkan perjuangannya. Hingga kini, Pondok Pesantren Assalafie terus berkembang. Sekitar 2000 santri menimba ilmu di sana. Pesantren ini menjadi bukti nyata bahwa warisan perjuangan Ki Jatira terus hidup.

Pondok Pesantren Putra Putri Assalafie Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, merupakan pondok pesantren tradisional atau salaf. Terletak di Jalan Gedong Manis No 52, Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.

Pesantren Assalafie Sekarang

Keberadaan Pondok Pesantren Putra Putri Assalafie merupakan pengembangan dari pendidikan agama islam di Babakan Ciwaringin yang merupakan lembaga pesantren tertua dan terbesar di Jawa Barat. Pesantren Babakan Ciwaringin didirikan pada tahun 1715 M oleh Syaikh Raden Hasanuddin atau lebih dikenal dengan Mbah Kiai Jatira.

Santri putra dan putri Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon terbagi kedalam dua kategori, pertama santri yang tidak sekolah formal, hanya mengikuti pengajian kurikulum pesantren yaitu madrasah diniyah pesantren dan takhosus pesantren. Kedua para santri yang mengikuti sekolah formal dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan satu atap dengan pondok pesantren yaitu : Madrasah Tsanawiyah NU Assalafie (MTs NU Assalafie), Sekolah Menengah Pertama NU Assalafie Program Unggulan (SMP NU Assalafie Program Unggulan), dan Madrasah Aliyah NU Assalafie ( MA NU Assalafie). Selain itu ada Program Unggulan Pesantren : Metode Auzan yaitu program memahami kitab kuning secara cepat dan praktis. Metode Ilhamqu yaitu program menghafal Al- Qur’an dengan mudah serasa bermain game.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *