Jadwal Shalat DKI Jakarta Februari 2025
Pilihan EditorProfil Pesantren

Pesantren Nurul Jadid, Pesantren Besar di Timur Probolinggo

129
×

Pesantren Nurul Jadid, Pesantren Besar di Timur Probolinggo

Sebarkan artikel ini

P3M.OR.ID. Belum lama ini Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi tuan rumah Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU). Pemilihan pesantren yang ada di Paiton, Probolinggo ini bukan tanpa alasan. Salah satu pesantren besar di Jawa Timur ini memiliki kedekatan historis yang erat dengan Nahdlatul Ulama. Pesantren ini termasuk salah satu pesantren besar dyang mempunyai banyak lembaga pendidikan.

Mengenal pesantren Nurul Jadid sama dengan mengenal sepak terjang KH. Zaini Mun’im. Beliaulah pendiri pesantren yang sudah berumur 76 tahun ini. Pesantren yang letaknya 30 kilometer timur Kota Probolinggo ini sekarang memiliki ribuan santri. Pesantren ini berdiri 10 Muharam 1368 Hijriyah atau 12 November 1948 Masehi. Mulanya bernama desa Karanganyar atau Tanjung di mana Pondok Pesantren Nurul Jadid kokoh berdiri saat ini. Masa itu sebagai desa tersebut kental dengan ajaran animismenya. Kemudian KH. Zaini Mun’im hadir dan menetap setelah mendapatkan restu dan perintah dari KH. Syamsul Arifin, ayah KH. As’ad Syamsul Arifin, Sukorejo pada tahun 1948.

Kedatangan Kiai Zaini sebenarnya bukan bermaksud mendirikan pesantren. Dirinya hanya mampir dalam perjalanannya menuju Yogyakarta karena ada kekejaman dari Belanda. Sebenarnya, KH. Zaini Mun’im bercita-cita menyiarkan agama Islam melalui Departemen Agama (Depag). Namun, cita-cita tersebut tidak tersampaikan sebab, sejak beliau menetap di Karanganyar, ada dua orang santri yang datang kepada beliau untuk belajar ilmu agama. Kedua santri tersebut bernama Syafi’uddin, berasal dari Gondosuli, Kotaanyar Probolinggo, dan Saifuddin, dari Sidodadi, Kecamatan Paiton, Probolinggo.

Mulanya Sebuah Cangkruk

Kedua santri tersebut oleh beliau dianggap sebagai amanat dari Allah. Setelah itu santrinya juga mulai bertambah dan tidak hana dari Probolinggo. Santrinya juga ada yang berasal dari Madura, Situbondo, Malang, dan Bondowoso. Seiring bertambahnya santri membuat Kiai Zaini memutuskan menetap dan tidak bergabung dengan teman-temannya di pedalaman Yogyakarta.

Setelah mendapat tugas sebagai penasihat Jamaah Haji dari Kiai Wahid Hasyim menyerahkan pengelolaan pesantren kepada KH. Sufyan. Yang juga santrinya.. Pada saat itu, santri yang menetap di pesantren berjumlah sekitar 30 orang, di bawah bimbingan KH. Munthaha dan KH. Sufyan. KH. Sufyan membangun beberapa pondok yang terbuat dari bambu (cangkruk) untuk tempat tinggal para santri. Sepulangnya dari tanah suci, KH. Zaini Mun’im melihat beberapa gubuk (cangkruk) sudah berdiri. Tergeraklah hati beliau untuk memikirkan masa depan santri-santrinya. Bersama para santri, KH. Zaini Mun’im membabat hutan yang ada di sekitar pesantren, hingga akhirnya berdirilah sebuah Pesantren yang cukup besar

.Nama Nurul Jadid sendiri merupakan keputusan Kiai Zaini setelah ada dua nama yaitu Nurul Jadid dan Nurul Hadis. Nama itu bermula dari kedatangan KH. Baqir, putra gurunya di Madura, KH. Abd. Majid. Beliau mengharap KH. Zaini memberi nama Pesantren yang diasuhnya dengan nama “Nurul Jadid” (Cahaya Baru). Di saat yang lain, KH. Zaini juga menerima surat dari Habib Abdullah bin Faqih. Surat tersebut berisi masukan agar Pesantren yang diasuh beliau diberi nama “Nurul Hadis”. Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Jadid memang bukan sekedar untuk pemenuhan kebutuhan keilmuan, melainkan juga penjagaan budaya, penyebaran etika dan moralitas keagamaan.

Lembaga Pendidikan

Hingga saat ini Pesantren Nurul Jadid mempunyai lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Diantara lembaga tinggi adalah Universitas Nurul Jadid (UNUJA) dan Ma’had Aly Nurul Jadid. Kemudian sekolah tingkat menengah atas yaitu MA Nurul Jadid, SMA Nurul Jadid, SMK Nurul Jadid dam MA Negeri 1 Probolinggo. Sedangkan untuk tingkat menengah antara lain SMP Nurul Jadid, MTs Nurul Jadid, MTs Azzainiyah I. MTs Azzainiyah II hingga MTs Negeri 1 Probolinggo

Adapun untuk Tingkat Dasar terdapat MI Nurul Mun’im / MI Azzainiyah I, MI Azzainiyah II, MI Azzainiyah III, TK Bina Anaprasa, Taman Posyandu Anak Sholih, Madrasah Diniyah. Selain itu juga mempunyai Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA), Pusat Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PPIQ). Lembaga Kajian Kitab Kuning, Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Nurul Jadid, Lajnah Falakiah Nurul Jadid, Lembaga Kajian Konservasi Lingkungan Hidup hingga Kelompok Kajian Pojok Surau (KKPS). Saat ini dengan berjumlah santri lebih 20.000 . Mereka berasal tidak hanya dari Indonesia tetapi juga dari negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *