P3M.OR.ID. Rumusan standar pesantren yang tidak hanya berorientasi pada pelestarian tradisi (turos), tetapi juga mampu merespons tantangan global sangat penting. Untuk itu transformasi pesantren menjadi tetap relevan dan yang tidak kalah penting terkait standarisasi baik secara nasional maupun internasional. Terkait standarisasi ada lima pilar utama yang menjadi fokus dalam penyusunan standar pesantren.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU Hodri Ariev . Dirinya menegaskan pentingnya rumusan standar pesantren yang tidak hanya berorientasi pada pelestarian tradisi (turos), tetapi harus mampu merespons tantangan global. “Pesantren sering dianggap berada di pinggiran dalam wacana pendidikan nasional. Maka, transformasi ini penting agar pesantren tetap relevan dan memiliki standar yang dapat pengakuan nasional maupun internasional,” ungkapnya dalam Workshop bertajuk Penetapan Standar Pesantren Indonesia,
Menurut Kiai Hodri terkait standarisasi ada lima pilar utama yang menjadi fokus dalam penyusunan standar pesantren. Pertama, pengasuhan santri dengan menekankan peran pengasuh dalam pembentukan karakter santri. Kedua, kurikulum untuk memastikan integrasi antara kurikulum berbasis kitab kuning dengan sistem pendidikan nasional. Ketiga, tata kelola dan
Kelembagaan demi meningkatkan efektivitas manajemen dan administrasi pesantren. Keempat, sumber daya manusia sebagai poin utama untuk mengembangkan kapasitas SDM. Kelima, infrastruktur serta fasilitas pesantren agar sesuai dengan standar yang telah menjadi kesepakatan.
Standar Kompetensi
Selain itu, tambah Kiai Hodri standar kompetensi bagi lulusan pesantren juga penting untuk dirumuskan. Menurutnya, lulusan pesantren harus memiliki pemahaman mendalam tentang Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah, mampu membaca Al-Qur’an dan kitab kuning, serta memiliki keterampilan kepemimpinan dan kecintaan terhadap tanah air.
Selain itu, tambah Kiai Hodri, keberagaman model pesantren, baik salafiyah, modern, maupun perpaduan harus memperhitungkan dalam penyusunan standar. “ Perlu ada standar minimal agar santri yang mondok tidak hanya sekadar tinggal dalam pesantren. Akan tetapi bagaimana santri benar-benar memperoleh ilmu dan kompetensi yang dapat mengimplementasikannya,” tambahnya.
Sementara itu Sekretaris Lakpesdam PBNU Ufi Ulfiah menekankan pentingnya struktur kelembagaan yang solid agar pesantren dapat bertahan dalam perubahan zaman. “Perlu ada sistem tata kelola yang jelas, mulai dari zonasi asrama hingga sistem keuangan yang transparan,” ungkapnya.
Melansir dari laman nu.or.id Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan dukungan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU menggelar woekshop. Acara dengan tema Penetapan Standar Pesantren Indonesia berlangsung di Komplek Widya Chandra dan Kantor PBNU, Jakarta, pada Senin (24/2).
Tampak hadir dalam workshop ini beberapa kiai, nyai, serta tokoh pesantren dari berbagai daerah. Adapun salah satu tujuan acara ini adalah menyusun draf standar pesantren yang menjadi acuan transformasi kelembagaan pesantren Indonesia, khususnya pesantren NU.