KabarKabar P3M

P3M Pelopori GELAR BUMI (Gerakan Santri Lestarikan Bumi) Melalui Program Pengelolaan Sampah di 10 Pesantren

236
×

P3M Pelopori GELAR BUMI (Gerakan Santri Lestarikan Bumi) Melalui Program Pengelolaan Sampah di 10 Pesantren

Sebarkan artikel ini

P3M.OR.ID. Dengan tagline “GELAR BUMI” (Gerakan Santri Lestarikan Bumi),  Pondok Pesantren Nur El Falah, Serang, Banten bertekad menjadi pionir gerakan pengelolaan sampah di pesantren dan masyarakat. Hal tersebut terungkap dalam kegiatan “Pengarusutamaan dan Pembentukan Tim Pengelola Sampah di Pesantren dan Masyarakat” yang berlangsung Jumat 08 November 2024 di pesantren tersebut.

Dalam sambutannya, pengasuh Pesantren Nuer el Falah, KH. Ahmad Yuri Fathullah menyebut pemanasan global dan kerusakan lingkungan menjadi tanggung jawab semua manusia. “Manusia sebagai khalifah di muka bumi memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan alam. Pemanasan global dan kerusakan lingkungan adalah bukti dampak negatif dari tindakan manusia,” ungkap nya. Kiai Yuri menambahkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada mikroplastik yang telah masuk ke dalam tubuh manusia. “ Untuk itu kita perlu meminimalisir dampak negatif dari penggunaan plastik,” ungkapnya.

Sementara itu Direktur P3M KH. Sarmidi Husna menjelaskan tentang Fiqh al-Bi’ah dan Etika Lingkungan dalam Perspektif Islam.” Pada Muktamar NU tahun 2019 di Citangkolo, Jawa Barat telah memutuskan bahwa hukum mencemarkan lingkungan adalah haram apabila menimbulkan bahaya,” tegasnya. Kemudian Kiai Sarmidi menjelaskan tentang problem sampah yang bahayanya harus dilakukan dengan upaya yang sungguh-sungguh. Menyitir pendapat Syaikh Zainuddin al-Malaibari al-Fannani dalam kitab Fath al-Mu’in, Kiai Sarmidi menjelaskan  bahwa seorang muslim wajib berjihad setahun sekali. Dalam kitab tersebut ada empat jenis jihad yaitu menegakkan eksistensi Allah dan menjalankan syariat Allah. Kemudian juga berjihad di jalan Allah, dan menolak bahaya.” Nah mengelola sampah secara tuntas adalah kategori jihad keempat yakni menolak bahaya (daf’ dhararin). Untuk itu kita harus bisa mengubah paradigma bahwa memilah sampah adalah bagian dari jihad. Pemulung bukan sekadar pemulung, tapi mujahid yang berjihad mengangkat sampah,” tegas Kiai Sarmidi.

Generasi Z

Kiai Sarmidi kemudian juga menjelaskan Generasi Z mengubah mindset dalam memandang pengelolaan sampah. “Ini bukan sekadar masalah kebersihan, tapi juga ibadah,” jawab KH. Sarmidi.

Sementara itu Aris Habibi dari Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 DLH Kabupaten Serang menjelaskan tentang berbagai inovasi terkait pengelolaan sampah. “Pemilahan sampah sangat penting. Sampah organik dapat menjadi kompos atau pakan ternak, sedangkan sampah anorganik seperti plastik dapat diolah kembali,” jelasnya. Selain itu, lanjut Aris, ada inovasi lainnya seperti teknik pengomposan menggunakan Black Soldier Fly (BSF). “BSF tidak membawa penyakit dan sangat cocok untuk budidaya pengolahan sampah organik. Hasilnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak,” tambah narasumber.

Forum ini juga memperkenalkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebagai pendekatan dasar pengelolaan sampah. “Kita harus mulai dari pengurangan penggunaan barang-barang yang berpotensi menjadi sampah,” jelas Aris Habibi. Inovasi eco-bricks juga diperkenalkan sebagai solusi pengelolaan sampah plastik. “Di salah satu Bojonegara, produk sofa dari eco-bricks sudah terbukti kualitasnya,” kata narasumber.

Selanjutnya pada sesi kedua Fitria Ariyani Manager Program Pengelolaan Sampah di Pesantren P3M memaparkan pengedalan dasar manajemen pengelolaan sampah”. Dalam pemaparannya Fitria menekankan pentingnya sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi. Berawal dari pengumpulan, pengangkutan, perawatan, hingga ke pembuangan akhir. Selain itu juga harus ada monitoring dan regulasi manajemen sampah yang ketat.

Pembentukan Tim

“Pengelolaan sampah yang efektif membutuhkan pendekatan holistik. Kita harus memahami karakteristik sampah, sumbernya, dan potensi pengolahannya. Di pesantren, sumber sampah utama berasal dari kegiatan dapur, asrama, dan pembelajaran. Masing-masing jenis sampah ini memerlukan penanganan yang berbeda,” jelas Fitria. Dalam kesempatan tersebut Fitria juga mendemonstrasikan teknik pemilahan sampah organik dan anorganik bersama para santri. Ia juga memaparkan berbagai inovasi pengolahan sampah yang bisa diterapkan di lingkungan pesantren, termasuk sistem bank sampah dan pengomposan.

Dalam sesi pembentukan tim pengelolaan sampah, Badrus Samsul Fata dari P3M menekankan pentingnya struktur 0rganisasi pengelolabank sampah. “Bank sampah harus memiliki struktur yang jelas, ada Pembina, Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Divisi-Divisi Khusus. Sistem pencatatan yang rapi akan memudahkan pengelolaan dan meningkatkan kepercayaan,” jelasnya. Badrus menambahkan bahwa pengelolaan bank sampah memerlukan komitmen bersama. “Pengambilan hasil tabungan bisa dilakukan secara berkala, tergantung kesepakatan”, tuturnya.

Hadir dalam acara tersebut 153 peserta. mereka terdiri dari 139 santri dan pengurus pesantren dan 14 perwakilan masyarakat desa sekitar. Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang. Pada akhir acara ada pembentukan komitmen menjaga bumi antara pesantren dan masyarakat. “Ini adalah langkah awal yang baik untuk membangun gerakan kesadaran lingkungan di kalangan santri dan masyarakat. Harapannya ke depan program ini  bisa menjadi model percontohan pengelolaan sampah berbasis pesantren di Indonesia,” tutup moderator acara, Agus Setia Budi dari P3M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *