Judul Buku : Demokratisasi dan Demiliterisasi : Wacana dan Pergulatan di Pesantren
Penyunting : A.S. Burhan dan Agus Muhammad
Penerbit : Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)
Tahun terbit : 2001
Jumlah halaman : XIX + 413
P3M.OR.ID.Tentara dan pesantren merupakan dua entitas dua entitas yang berbeda. Namun dalam sejarahnya pesantren dan militer pernah bertemu satu gerakan perjuangan kemerdekaan. Bahkan konon cikal bakal tentara lahir dari laskar-laskar yang dibentuk oleh komunitas pesantren.
Dalam perkembangannya, utamanya setelah kemerdekaan, tentara dan pesantren kemudian berjalan sendiri-sendiri. Bahkan setelah menjadi organisasi modern, tentara hampir tidak ada hubungan yang signifikan dengan pesantren. Kedua entitas ini semakin jauh walau tidak ada persoalan antara keduanya. Walau ada hubungan, kedua entitas ini hubungannya sebatas simbolis mutualistik. Meminjam istilah KH Sahal Mahfudz pesantren berperan menjadi “pemadam kebakaran” jika gangguan keamanan pada masyarakat seperti kerusuhan dan lain sebagainya
Pada era dwifungsi ABRI tidak hanya mengakibatkan intervensi militer dalam politik sipil. Namun era ini juga menciptakan militerisasi nilai-nilai budaya politik Indonesia. Keterlibatan militer jelas menafikan eksistensi masyarakat sipil kala itu. Pengalaman Orde baru jelas membuktikan keterlibatan aparat keamanan justru memperuncing suasana.
Halaqah
Buku berjudul Demokratisasi dan Demilitarisasi : Wacana dan Pergulatan di Pesantren dihimpun dari halaqah atau pelatihan yang dilakukan Perhimpunan Pengembangan Pesan tren dan Masyarakat (P3M). Ada lima halaqah yang menjadi dasar penulisan buku ini yang berlangsung lima kota. Materi yang ada dalam buku ini tidak hanya dari para kiai, tetapi juga beberapa petinggi tentara kala itu seperti Jendral Tyasno Sudarto, Mayjend. Syamsuddin , Letjend Agus Widjoyo dan lain sebagainya.
Selain itu juga ada materi dari para intelektual dan pengamat politik dan demokrasi seperti Arbi Sanit, Hermawan Sulistyo, Cornelis Ley, Ignas Kleden dan lain sebagainya. Kemudian materi dari para kiai seperti KH Sahal Mahfudz, KH Masdar Farid Mas’udi, KH Wahid Zaini dan lain-lain.
Buku ini memberikan gambaran bagaimana pandangan dan kesiapan baik militer maupun pesantren mengenai reposisi dan redefinisi TNI. Selain itu juga disinggung tentang komitmen ulama selaku pimpinan informal dalam mewujudkan civil society.