P3M.OR.ID. Pesantren harus menjadi garda terdepan dalam melawan perundungan. Untuk itu pesantren harus mempunyai modul dalam menangani masalah tersebut. Selain itu juga perlu adanya pendampingan oleh psikolog.
Hal tersebut terungkap dalam Naharul Ijtima, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah. “Pesantren harus menjadi garda terdepan dalam melawan bullying. Kami berharap setiap pesantren memiliki modul khusus untuk menangani permasalahan ini, termasuk pendampingan dari psikolog dan ahli lainnya,” ujar A’wan Syuriyah PBNU, KH Taj Yasin Maimoen. Menurut Gus Yasin, modul manajemen anti-bullying tersebut nantinya akan diterapkan di pesantren-pesantren guna menciptakan lingkungan yang ramah dan kondusif bagi santri.
Selain itu Sementara itu Gus Yasin juga menyoroti sistem pendidikan pesantren yang terus berinovasi untuk menciptakan formula terbaik. “Di pesantren, kami mencoba berbagai pendekatan, mulai dari penggabungan Al-Qur’an, kitab, hingga pendidikan umum. Namun, hasilnya tidak selalu sesuai ekspektasi,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut Gus Yasin juga menegaskan pentingnya membangun manajemen bagi pesantren modern. Selain itu juga memastikan adanya pengasuh yang mampu memberikan teladan. “Pesantren yang baru sering kali mengalami degradasi. Untuk itu, dibutuhkan pengasuh yang bisa menjadi contoh dan sistem yang mendukung pembentukan karakter santri,” tambahnya.
Memahami Kebiasaan Santri
Sementara itu KH Sholahuddin Humaidullah menekankan pentingnya peran wali santri dalam memahami kultur pesantren. “Wali santri harus memahami kebiasaan di pesantren dan mengetahui tujuan memondokkan anaknya. Peran mereka sangat penting dalam mendukung proses pendidikan anak di pesantren,” ujar Gus Sholah, pengasuh Pesantren APIK Kaliwungu.
Kiai Sholahuddin menjelaskan bahwa sistem pengelolaan pesantren, termasuk penunjukan lurah pondok, merupakan wujud delegasi tugas dari kiai. “Lurah pondok memiliki otoritas karena dipasrahi oleh kiai. Proses belajar di pesantren itu bertahap. Sedikit demi sedikit, ilmu akan bertambah melalui interaksi di lingkungan pesantren,” ungkap Kiai Sholahuddin yang juga Mustasyar PWNU Jateng.
Melansir dari laman nu.or.id Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kenda menjadi tempat peneyelanggaraan acara ini. Sabtu (25/1). Kegiatan yang berlangsung pada 25 Januari tersebut menjadi ajang diskusi dan konsolidasi bagi pengurus pesantren se-Jawa Tengah. Nampak hadir beberapa tokoh-tokoh NU sebagai narasumber. Salah satu agenda utama adalah Halaqoh Pengurus Pesantren, menghadirkan Mustasyar PWNU Jateng, KH Sholahuddin Humaidullah, dan A’wan Syuriyah PBNU, KH Taj Yasin Maimoen
Tampak hadir Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh, Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng KH Abdul Ghaffar Rozin.
Selain itu juga ada Wakil Ketua PWNU Jateng KH Nur Machin Chudlori, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah KH Mas’ud Abdul Qadir. Kegiatan ini melibatkan para pengurus RMI NU se-Jawa Tengah, perwakilan Kementerian Agama, pemerintah Provinsi Jawa Tengah, serta pemerintah daerah Kabupaten Kendal.