Acara halaqah nasional ini dilatarbelakangi bahwa masalah keterbatasan tenaga pendidik dan sulitnya akses pendidikan bagi siswa disabilitas masih menjadi masalah nasional yang perlu menjadi perhatian bersama.
P3M.OR.ID. Dalam rangka peringatan Hari Disabilitas Internasional tahun 2024, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) bekerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyelenggarakan Halaqah Nasional. Acara dengan tema Akselerasi Jaminan Pendidikan Setara bagi Disabilitas Untuk Mewujudkan Pendidikan Inklusif Kegiatan ini akan berlangsung pada 3 Desember 2024.
“Acara ini dilatarbelakangi bahwa masalah keterbatasan tenaga pendidik dan sulitnya akses pendidikan bagi siswa disabilitas. Saat ini kedua persoalan tersebut masih menjadi masalah nasional yang perlu menjadi perhatian bersama. Berdasarkan Data Pokok Pendidikan per Mei 2023, jumlah guru pendamping khusus ada 4.695 orang. Ada 10.244 guru reguler yang dilatih mendampingi penyandang disabilitas,” ungkap KH Sarmidi Husna yang juga Direktur P3M.
Kiai Sarmidi menambahkan bahwa Indonesia ini hanya memiliki 40.165 sekolah inklusi di tingkat pendidikan dasar dan menengah dengan total murid penyandang disabilitas mencapai 135.874 orang. Di sekolah luar biasa ada 2.326 sekolah yang melayani 152.756 murid. “ Hal ini menunjukkan adanya defisit guru pendamping khusus dan ketimpangan pada sistem pendidikan inklusif untuk menyediakan layanan yang memadai bagi peserta didik dengan disabilitas,” ungkapnya.
Berdasarkan UU Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan PP Nomor 13 tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas, negara harus memberikan jaminan hak yang setara bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk di dalamnya pendidikan inklusif di sekolah reguler.
Kiai Sarmidi menyebut meski ada peraturan dan kebijakan akan tetapi penerapan pendidikan inklusi masih menghadapi berbagai kendala yang serius. “Diantara kendala tersebut adalah kurangnya fasilitas yang ramah disabilitas. Kemudian keterbatasan sumber daya manusia terutama Guru Pembimbing Khusus (GPK) yang berkompeten, hingga kemampuan dalam adaptasi kurikulum. Selain itu rendahnya kesadaran di kalangan pendidik dan masyarakat terkait pentingnya pendidikan inklusif,” jelasnya.
Bahasa Isyarat Hijaiyyah
Menurutnya masalah menjadi bertambah lebih serius melihat data. Saat ini, ungkap Kiai Sarmidi, dari 2,5 juta disabilitas tuli tersebut sebagian besar beragama Islam (muslim) yang masih kesulitan untuk mendapatkan pengajaran dan pembelajaran agama Islam. “Kesulitan itu bukan hanya keterbatasan juru bahasa isyarat biasa, tetapi juga masih langkanya juru bahasa isyarat hijaiyah untuk belajar dan mengajar agama Islam,” tambahnya.
Halaqah ini bertujuan antara lain merumuskan strategi akselerasi jaminan pendidikan setara bagi penyandang disabilitas untuk mewujudkan pendidikan inklusi. “ Selain itu juga meningkatkan kepedulian para peserta terhadap pendidikan penyandang disabilitas dan pentingnya pendidikan inklusif serta pentingnya guru pendamping khusus dalam mendukung pendidikan siswa disabilitas,” tambahnya,
Acara akan berlangsung di Aula Latif kampus UNJ. Rencananya ada beberapa narasumber yanga hadir yaitu Prof. Dr. Totok Bintoro, M. Pd yang juga Guru Besar UNJ. Kemudian ada Hj. Ida Zulfiya, S.Th.I., M.Ag dari Lembaga Pentashih Al Qur’an. Selain itu juga ada Hj Hindun Anisah Ketua Yayasan Semai sekaligus kepala sekolah inklusi dan Kikin P tarigan S. dari Komisi Nasional Disabilitas (KND). Kemudian juga akan hadir Rektor Universitas Negeri Jakarta Prof. Dr. Komarudin, M.Si. Pihak panitia juga menyediakan layanan livestreaming dichannel youtube sahabatp3m