Indonesia sendiri harus mengejar ketertinggalan dengan meningkatkan kualitas SDM. Salah satunya adalah dengan menyediakan program beasiswa jenjang sarjana dan magister bagi lulusan pesantren.
P3M.OR.ID. Lulusan pesantren didorong untuk menjadi pembelajar sejati. Caranya adalah dengan menaikkan kapabilitas dan terus meningkatkan kompetensi. Indonesia sendiri harus mengejar ketertinggalan dengan meningkatkan kualitas SDM. Salah satunya adalah dengan menyediakan program beasiswa jenjang sarjana dan magister bagi lulusan pesantren.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa. “Menjadi pemimpin adalah menjadi pembelajar sejati. Harus terus menaikkan kapabilitas dan terus meningkatkan kompetensi. Karena semakin tinggi posisi seorang pemimpin di manapun berada maka semakin besar pula tanggung jawabnya,” kata Khofifah.
Untuk itu Khofifah menyampaikan bahwa dengan semakin kompleks tantangan masa depan, ilmu dan sosial, maka menjadi pembelajar sejati adalah sebuah keniscayaan . “Siklus 3E menjadi kunci pembelajar sejati. Yaitu tak lelah melakukan eksperimen, terus berlatih diri untuk mendapatkan pengalaman dan juga berlatih menjadi expert atau ahli. Seorang expert selalu adaptif pada perubahan, siap berkompetisi dan tak segan bersinergi,” kata Khofifah.
Kemudian Khofifah menambahkan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia harus mengejar ketertinggalan dengan meningkatkan kualitas SDM. Salah satunya adalah dengan menyediakan program beasiswa jenjang sarjana dan magister bagi lulusan pesantren.
pendidikan pesantren adalah faktor kunci
“Pendidikan menjadi sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, mengangkat harkat dan martabat serta kemajuan Bangsa. Maka harapan besar kami semua sejatinya ada di Pundak panjenengan semua,” ungkapnya.
Selain itu Khofifah juga mengungkapkan bahwa generasi yang saat ini harus mempersiapkan diri untuk menyambut Indonesia Emas 2045. Baginya dan beberapa hal yang penting dilakukan untuk menuju Indonesia Emas yaitu nasionalisme yang kuat, memiliki personal quotient yang tinggi mulai dari IQ, EQ, SQ dan juga AQ. Selain itu juga memiliki penguasaan pada Digital Quotient yang meliputi digital citizenship, digital creativity dan digital entrepreneurship.
“Maka menyambut masa depan Indonesia Emas 2045 tersebut, pendidikan pesantren adalah faktor kunci populasi usia produktif menjadi bonus demograsi. Kalau tidak optimal maka justru akan menjadi bencana demografi,” ujarnya dalam acara Silaturahmi Akbar Sarjana dan Magister Lulusan PTKI/Ma’had Aly penerima beasiswa Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2019-2022. Tidak kurang 2.000 orang yang hadir dalam acara tersebut yang berlangsung di Surabaya, Sabtu.