FigurKhazanah IslamPilihan Editor

Kiai Miftachul Akhyar : Pesantren Benteng Terakhir Pendidikan Agama

474
×

Kiai Miftachul Akhyar : Pesantren Benteng Terakhir Pendidikan Agama

Sebarkan artikel ini
Rais Am PBNU KH Miftachul Akhyar ( Foto dok nu.or.id)

Sistem pendidikan pesantren sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Hal ini kemudian menjadi contoh Wali Songo dalam mengembangkan pendidikan Islam di Nusantara

P3M.OR.ID. Pesantren adalah benteng terakhir pendidikan agama bagi generasi penerus. Hal tersebut dikatakan oleh Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar saat hadir dalam pada Halal bi Halal Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU) Provinsi Lampung.

Untuk itu Kiai Miftach berpesan kepada jamaah untuk senantiasa mengirimkan putra-putrinya ke pesantren dan tidak perlu khawatir terhadap rizki dan masa depan mereka. Seharusnya orangtua justru khawatir jika putra-putrinya yang mengenyam pondok pesantren di masa depan jauh dari nilai-nilai agama.

Menurut Kiai Achyar, sistem pendidikan pesantren sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Hal ini kemudian menjadi contoh Wali Songo dalam mengembangkan pendidikan Islam di Nusantara. “Pada zaman Rasulullah Saw ada sahabat Abu Hurairah yang mondok pada Rasulullah yang diikuti oleh berbagai teman dari mancanegara. Jumlahnya mulai 70-300 bahkan ada yang mengatakan sampai 400,” ungkap Miftachul Akhyar.

Kiai Miftachul Akhyar menambahkan Ash-Shuffah atau serambi Masjid Nabawi juga banyak orang asingnya.  Mereka yang masuk Ahlussfah ini tidak punya rumah atau kerabat. Kehidupan mereka bergantung pada Rasulullah. “Hidup mereka hanya untuk ngaji dan ngaji, tidak mikir dunia,” ungkap pada laman nu.or.id.

Selain itu, lanjutnya, mereka memilih hidup zuhud beribadah siang malam, dan mendalami ilmu agama. Kedekatan mereka dengan Rasulullah saw yang begitu intensif, membuat mereka tidak hanya mendapat bimbingan ruhani, tetapi juga menjadi periwayat hadits terkemuka. Tidak heran kalau orang munafik mengira bahwa mereka adalah orang-orang kaya yang tidak membutuhkan uang dan materi dunia karena mereka tidak pernah bekerja dan berbelanja di pasar.

Kepasrahan dan keistiqamahan para Ahlussufah, ungkap Kiai Miftach di kemudian haroi membuahkan hasil. Banyak dari ahlusuffah itu lulus dan terjun ke masyarakat dan menjadi sosok penting di masyarakat. Seperti Abu Hurairah yang akhirnya menjadi Gubernur di Bahrain dan menjadi orang yang kaya raya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *