Hal ini karena media digital yang ada pesantren saat ini belum bisa berkembang dengan baik. Perlu banyak pembenahan untuk mengembangkan media digital pesantren ke depan.
P3M.OR.ID. Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) menyebut perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan media digital pesantren. Hal ini karena media digital yang ada pesantren saat ini belum bisa berkembang dengan baik. Perlu banyak pembenahan untuk mengembangkan media digital pesantren ke depan.
Hal tersebut dikatakan oleh Direktur P3M, KH Sarmidi Husna dalam Halaqah Strategi dan Pengembangan Media Digital Pesantren pada Kamis (25/1) “ Pertemuan ini ingin membahas itu bagaimana melakukan pengembangan media digital pesantren yang sekarang masih belum membahagiakan. Selain itu pertemuan ini mendiskusikan pedoman yang berkait media digital itu sendiri,” ungkap Sarmidi.
Menurutnya skill para pengelola masih perlu ditingkatkan. “Saya kira para pengelola media pesantren perlu meningkatkan skillnya. Misalnya dari segi digital etik. Digital etik itu mungkin dari sisi kontennya. Bagaimana batasan apa konten perlu diketahui. Misalnya konten yang diterima itu harus seperti apa dan sebagainya,” tambahnya.
Selain itu juga paham dengan digital culture. Kiai Sarmidi kemudian mencontohkan safety digital. “Itu juga sangat perlu dan menjadi perhatikan di dunia pesantren,” ujarnya. Berangkat dari hal tersebut perlu kolaborasi. “P3M tidak bisa sendiri. Terus Google juga tidak bisa sendiri. Femikian juga dengan Tempo Institute atau islami.co. Kita perlu kolaborasi untuk pengembangan pesantren ke depan,” ungkapnya.
Memetakan Media Digital Pesantren
Menanggapi hal tersebut, Collin Nursatriawan Google Education Specialist Indonesia Team Lead menyambut baik keinginan kerjasama tersebut. “Kami siap bekerjasama dengan pesantren. Kebetulan kami juga mempunyai program pendidikan untuk menciptakan ekosistem pendidikan di sekolah. Ekosistem digital inilah yang menurut kami bisa meningkatkan mutu pendidikan yang dapat diterapkan di pesantren,” ujarnya.
Sedangkan Direktur tempo Institute, Qaris Tajudin menyebut banyak hal yang perlu memetakan persoalan pada media digital pesantren ini. “ Problem apa yang ada pada media pesantren itu perlu pemetaan lebih dalam. Apakah media pesantren itu menjadi media dakwah? Atau media pesantren itu hanya sebagai sarana sosialisasi kegiatan pesantren semata. Ini yang perlu kita cermati dulu,”ungkap Qaris.
Padahal menurut Qaris, kebutuhan Informasi tentang Islam sangat tinggi. Terbukti sekarang media-media mainstream ada banyak yang menurunkan tulisan-tulisan tentang Islam. “Media-media besar nasional sekarang ini banyak konten keislaman. Nah ini bukti bahwa keingintahuan masyarakat tentang khazanah Islam itu sangat tinggi,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dedik Priyanto dari islami.co. Menurut Dedik hampir semua media besar memuat tulisan-tulisan tentang Islam. “ Namun media besar ini sekarang telah berubah. Mereka tidak sembarangan mengutip tulisan-tulisan tentang keislaman. Mereka lebih berhati-hati,” ungkap Dedik.
Peserta acara Halaqah ini adalah pengelola media dari beberapa pesantren se Jabodetabek. Acara yang berlangsung di Hotel Yello Jakarta ini juga hadir para wartawan yang berlatar belakang santri. Ada empat pembicara dalam acara tersebut antara lain Devie Rahmawati dari Tim Literasi Digital Kominfo. Kemudian Collin Nursatriawan Google Education Specialist Indonesia Team Lead. Serta Qaris Tajudin dari Tempo Institute dan Dedik Priyanto dari Islami.co