P3M. OR.ID. Program pengelolaan sampah di pesantren dirasa sangat mendesak untuk dilakukan. Untuk itu perlu adanya “mercusuar”. dalam hal ini arti mercusuar adalah seluruh pihak yang tergabung dalam program pengelolaan pesantren nantinya turut saling bahu-membahu tanpa menonjolkan diri. Selain itu juga tidak boleh terlalu mengambil keuntungan sepihak.
Hal ini terungkap dalam diskusi perihal penanganan masalah sampah di pesantren saat berkunjung ke Pesantren Tebuireng, pada Sabtu (18/1). Tampak hadir dalam kunjungan tersebut Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), KH. Sarmidi Husna dan VP Public Affairs Communications, and Sustainability Coca-cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia, Lucia Karina beserta jajarannya
Mengutip laman Dalam kegiatan diskusi ini Nyai Hj. Lelly Lailiyah Hakim memantik diskusi terkait permasalahan pengelolaan sampah di Pesantren Tebuireng yang sangat kompleks. Bak gayung bersambut, pihak CCEP Indonesia yang juga didampingi oleh P3M turut memiliki peran untuk membantu mengatasi permasalahan sampah di pesantren. Sehingga diskusi dalam acara ini sangat urgen.
Sementara itu Mudir Pemeliharaan Lingkungan beserta Direktur BST menyatakan terbuka apabila ada pihak lain yang ingin turut membantu dalam menangani persoalan sampah di Pesantren Tebuireng. Meskipun permasalahan ini kompleks, tetapi diharapkan dengan saling bahu-membahu akan dapat teratasi. Sehingga perlu ada pembocaraan lebih lanjut terkait pengelolaan sampah di pesantren.
Mudir Pemeliharaan Lingkungan Pesantren Tebuireng, KH. Bambang Harimurti, Direktur Bank Sampah Tebuireng, Ahmad Faozan beserta jajaran kemudian memaparkan kendala apa saja yang dialami oleh Pesantren Tebuireng.
Program P3m dan CCEP Indonesia
Sekedar informasi Dalam P3M dan CCEP Indonesia telah membuat program pengelolaan sampah melibatkan 10 pesantren sebagai Pilot Project. “Pesantren di Banten, Jawa Barat. Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, program ini memberikan penyadaran, pelatihan pengolahan sampah. Selain itu juga memberikan bantuan sarana pengelolaan sampah seperti bak sampah, media pemeliharaan maggot sampai armada untuk mengangkut sampah,” ungkap Lucia Karina dari CCEP Indonesia.
Sementara itu Menteri LH tertarik untuk melakukan pengelolaan sampah di pesantren. Setelah mendengar data besarnya jumlah pesantren dan santri, pihaknya berpesan agar program pengelolaan sampah di pesantren harus tuntas dan selesai.
Menteri Lingkungan Hidup sendiri sedang mendesain program penanganan sampah di pesantren. Nantinya program tersebut akan melibatkan asosiasi pesantren, korporasi, lembaga yang aktif menangani sampah, dan pemangku kepentingan lainnya.