Pos Kupang |
P3M, ATAMBUA – Sebanyak 22.745 kepala keluarga (KK) yang tersebar di 65 desa di 16 kecamatan di Belu terancam rawan pangan. Ancaman rawan pangan ini menyusul bencana alam yang melanda sebagian besar wilayah Belu pada awal tahun 2011 lalu sehingga warga terancam gagal tanam.
Kecamatan yang warganya terancam itu, yakni Kecamatan Rinhat, Lasiolat, Malaka Tengah, Lamaknen, Io Kufeu, Lamaknen Selatan, Tasifeto Timur, Malaka Barat, Kakulukmesak, Kobalima Timur, Tasifeto Barat, Botin Leobele, Nanaet Duabesi, Weliman, Raimanuk dan Wewiku.
Menyikapi kondisi ini, Pemerintah Kabupaten Belu melalui Badan Ketahanan Pangan setempat berencana mengundang para camat dan kepala desa yang terancam rawan pangan untuk berdiskusi bersama mencari pola intervensi penanganan pada tanggal 24 Agustus 2011.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Belu, Vinsensius Loy, menyampaikan hal ini ketika ditemui Pos Kupang di ruang kerjanya, Kamis (18/8/2011). Vinsen mengakui, bencana alam yang terjadi pada awal tahun 2011 lalu menyebabkan warga mengalami gagal tanam. Lahan termasuk tanaman milik petani, diakuinya, rusak akibat tingginya curah hujan dan terjangan angin puting beliung.
Dari hasil pendataan tenaga PPL di lapangan, lanjutnya, dari total 24 kecamatan di Belu, sebanyak 16 kecamatan mengalami kondisi rawan dan waspada. Dari data yang ada menunjukkan, total keluarga yang terancam rawan pangan sebanyak 22.745 KK, tersebar di 65 desa.
“Ini data riil yang kita ambil langsung di lapangan. Tenaga PPL mendata langsung di desa-desa dan diteruskan ke desa, camat lalu ke kabupaten. Terkait ancaman rawan pangan itu, ada empat klasifikasi, yakni sangat rawan, rawan, waspada dan aman. Untuk 65 desa itu baru masuk pada klasifikasi rawan dan waspada,” jelasnya.
Untuk mengatasi kondisi ini ke klasifikasi sangat rawan, jelas Vinsen, pihaknya sudah mengagendakan untuk mengundang para camat dan kepala desa untuk berdiskusi bersama mencarikan alternatif pemecahannya. Hasil rekomendasi yang dibicarakan nanti disampaikan ke Dinas Sosial, Tenaga kerja dan Transmigrasi untuk intervensi program penanganan lanjutan.
“Untuk saat ini petani masih melakukan kegiatan persiapan lahan. Untuk wilayah utara kita berharap sekitar November baru tanam, sementara untuk selatan Belu diharapkan Desember atau awal Januari 2012 baru bisa tanam. Karena situasi iklim kadang jauh dari prediksi. Kita sudah sampaikan kepada 173 tenaga PPL yang ada di lapangan agar mereka terus memantau kegiatan persiapan lahan petani,” ujarnya. (ee/yon)
Sumber: Tribun News