P3M.OR.ID. Pesantren Tebuireng baru saja menerima bantuan penting. Bantuan itu berupa videotron dari Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia. Di balik kerja sama tersebut ada peran kunci dari Perhimpunan Pengembangan Pengelolaan Pondok dan Masyarakat (P3M). P3M menjadi penghubung antara Pesantren Tebuireng dan CCEP Indonesia dalam proses kolaborasi keduannya.
Videotron ini menayangkan berbagai konten edukatif termasuk konten pengelolaan sampah yang benar. Hal ini penting untuk membangun kesadaran lingkungan bagi santri dan masyarakat. berada di sekitar pesantren. Peresmian pemakaian videotron yang berda dalam kawasan wisata religi berlangsung pada Jumat (7/11) lalu.
P3M: Penggerak Pemberdayaan Berkelanjutan
Direktur P3M, KH. Sarmidi Husna, menjelaskan bahwa kerja sama tersebut bagian dari upaya nyata menggerakkan pemberdayaan pesantren melalui upaya pelestarian lingkungan. “P3M bersama Coca-Cola Europacific Partners Indonesia fokus pada pengelolaan sampah dengan cara kerja pemberdayaan. Jadi bukan sekedar seminar atau halaqah, tapi benar-benar pelatihan dan pendampingan agar pesantren mampu mengelola sampah secara mandiri,” terangnya.
Kiai Sarmidi menyebutkan P3M telah melakukan upaya pendampingan pengelolaan sampah pada 10 pesantren berkolaborasi dengan CCEP Indonesi. Tahapannya mulai dari sowan dan restu yang kemudian berlanjut pelatihan dan sosialisasi dan pendampingan yang intensif. “Sehingga dari awal kami turun langsung sowan, minta restu, adakan pelatihan dan pendampingan sampai benar-benar ada pengelolaan sampah mandiri di pesantren tersebut,” ujarnya.
Pemberdayaan: Fungsi Pesantren yang Minim Tergarap
Menurut Kiai Sarmidi Husna pemberdayaan adalah sebenarnya sekarang menjadi kebutuhan pesantren. ” Kalau kita melihat Undang-Undang Pesantren, di sana ada tiga fungsi: tafaqquh fiddin, dakwah, dan pemberdayaan. Nah, fungsi pemberdayaan ini masih sangat minim dijalankan, bahkan kurang diperhatikan oleh Kementerian Agama,” ungkap Kiai Sarmidi
Selain itu Program pemberdayaan ini telah diusulkan kepada pemerintah dan pihak peduli pesantren. Harapannya dapat diimplementasikan lebih luas. “Kami mengajak semua pihak, ayo ke pesantren dengan membawa program pemberdayaan. Dalam hal pengelolaan sampah ini misalnya, kami tidak turun langsung memilah sampah, tapi melibatkan pesantren agar bisa mengelolanya sendiri. Hasilnya pun dapat dinikmati oleh pesantren,” tegasnya. Kemudian adanya sinergi antara Pesantren Tebuireng, P3M, dan CCEP Indonesia menjadi gerakan peduli lingkungan dan juga menjadi bagian dakwah sosial. Hal ini sejalan dengan semangat Islam rahmatan lil ‘alamin.
Dukungan Lingkungan Pesantren
Sementara itu Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications, and Sustainability CCEP Indonesia, berharap fungsi videotron ini menayangkan video edukasi kebersihan dan pengelolaan sampah. Itu di lingkungan pesantren. “Kami berharap videotron ini dapat menjadi sarana edukasi tentang pengelolaan sampah. Karena sejatinya, kita semua mendapatkan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa bumi ini hanyalah rumah kontrakan yang harus kita jaga,” ungkapnya
Menurutnya keberadaan videotron tidak hanya bermanfaat bagi santri tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. “Semoga videotron ini dapat membawa perubahan, membantu proses edukasi lingkungan di Pesantren Tebuireng, dan membawa keberkahan, tidak hanya untuk santri, tetapi juga bagi masyarakat sekitar,” tambahnya.
Lucia menceritakan pengalamannya. Ia dan tim CCEP Indonesia berkeliling. “Sejak 2023 kami berdiskusi bagaimana membantu pesantren mengubah pola pikir pengelolaan sampah. Dari sebelumnya semua sampah dikumpulkan dan dibuang ke TPA, kini mulai ada pengolahan menjadi produk bernilai ekonomi dan lingkungan,” jelasnya.
Ia mengungkapkan keberhasilan program sepuluh pesantren adalah pengelolaan sampah adalah para santri. “Awalnya kami hanya berharap muncul nilai sosial dari program ini, namun ternyata juga berdampak pada nilai ekonomi,” ujarnya. Sebagai bagian gerakan ini, CCEP Indonesia meluncurkan buku. Judulnya “Santri Jihad Bumi.” Itu terbit pada 28 Oktober 2025. Buku itu berisi kisah dan praktik baik. Para santri menjaga kebersihan. Mereka juga mengelola sampah secara kreatif. Hasil program pendampingan sangat nyata.
Beberapa pesantren berhasil mengubah sampah. Sampah menjadi sumber ekonomi. Pondok Pesantren Lirboyo contohnya. Mereka mampu menghasilkan keuntungan sekitar Rp100 juta. Pondok Pesantren API Tegalrejo juga sukses. Nilai ekonominya mencapai Rp35 juta. Bantuan videotron ini sangat penting. Pesantren Tebuireng berharap besar. Mereka ingin menjadi contoh. Contoh gerakan santri peduli lingkungan. Juga memperkuat semangat eco-pesantren. Itu mengedepankan kebersihan, kemiskinan, dan keberkahan.han bantuan berlangsung pada Jumat (7/11/2025).
Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Machfudz, meresmikan langsung . Kegiatan ini melibatkan Bank Sampah Tebuireng (BST). Juga Unit Kebersihan dan Kerapian Lingkup Pesantren (UKKLP). Perwakilan organisasi santri Pondok Putra Pesantren Tebuireng turut hadir.













