P3M.OR.ID. Pesantren Annuqayah yang terletak di Guluk-Guluk, Kepulauan Madura mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan tradisi literasi pesantren melalui membaca dan menulis. Salah satunya melalui komunitas Sanggar Andalas yang tidak hanya bergerak dalam bidang kebudayaan, tetapi juga dalam bidang tulis menulis. Saat itu komunitas ini tersebut mewadahi kreativitas santri, seperti mengarang, bermain teater, mendeklamasikan puisi, dan lainnya.
Menurut salah satu anggota sanggar bernama Khairuz Zaman NT, komunitasnya lahir sekitar tahun 1992. Sebelumnya sanggar ini hanya berkutat pada santri yang mempunyai minta pada bidang teater, namun seiring waktu berkembang menjadi komunitas budaya dan literasi. ”Saat ini Sanggar Andalas tidak hanya bergerak di bidang tulis-menulis, tetapi juga di bidang teater,” ungkapnya. Menurutnya pendidikan kepenulisan, sastra, dan kesenian di Pondok Pesantren Annuqayah tumbuh subur merupakan gagasan sendiri oleh para santri. Setiap wilayah daerah di pesantren ini memiliki komunitas tersendiri.
Khairuz mengungkapkan bahwa program sanggar tidak hanya seputar literasi sastra tetapi juga berdiskusi tentang kepenulisan, bedah puisi, dan lainnya. Kegiatan literasi ini terus berlangsung hingga sekarang. ”Para santri di sini menggarap semua genre tulisan, seperti puisi, cerpen, esai, novel, dan lainnya,” ujarnya. Dalam prosesnya kegiatan literasi parasa antri ini adalah dengan memberikan tugas untuk menulis. Hasil tulisan santri tersebut kemudian dicetak setiap dua hari dalam bentuk selebaran. Tidak hanya itu karya santri tersebut juga disebarkan kepada santri yang lain. ”Hal itu menjadi bagian dari rutinitas teman-teman. Bagi yang tidak menyetor tulisan biasanya mendapatkan denda Rp 2.000. Hasil denda itu biasanya kami belikan buku,” ungkapnya.
Banyak Melahirkan Sastrawan
Melansir laman radarmadura.jawapos.com. Sanggar Andalas juga sudah melakukan berbagai pertunjukan. Setiap pertunjukan mereka biasanya melakukan latihan paling singkat selama tiga bulan. Dalam setiap pertunjukan biasanya menggunakan naskah karangan sendiri. Selain Sanggar Andalas, ada juga Sanggar Basmalah, Sanggar Kotemang, Sanggar Padi, Sanggar Saksi, Sanggar Pelangi, Sanggar Sabda, Sanggar Azzalzalah, Teater Gendewa, dan beberapa komunitas atau sanggar lain. ”Setiap wilayah di sini pasti memiliki komunitas literasi, baik itu putra maupun putri,” jelasnya. Maka tak salah kalau banyak kalangan menyebut Pondok Pesantren Annuqayah gudang penulis dan penyair. Beberapa alumnus Annuqayah yang menjadi penyair antara lain Raedu Basha, Sofyan RH. Zaid, dan Maftuhah Jakfar.
Menulis memang sudah menjadi tradisi literasi pesantren ini. Pesantren Annuqayah mewajibkan santri membaca buku, targetnya 30 buku dalam satu tahun. Selain itu pihak pesantren mewajibkan mereka membuat resensi. Mereka juga tiap bulan diawasi oleh guru. Kalau tidak memenuhi target yang dengan bukti resensi, izin pulang mereka akan berkurang. Saat ini, Pesantren Annuqayah telah banyak memproduksi buku yang bersumber dari kitab-kitab kuning maupun karya-karya sastra. Kitab dan buku tersebut disadur menjadi cerita ringan dan menarik dalam bentuk buku bergambar dan berwarna sebagai bahan ajar di sekolah. Berikut deratan nama nama sastrawan yang lahir dari pesantren Annuqayah diantaranya Warits Anwar, Aryadi Mellas, Asyari Khatib, Abdul Latif Anwar, Abdullah Al-Kudus. Kemudian ada Aang Asyari, Sattar Syam, Basri Muda, Hamiddin Syams, Hammad Riyadi, Maftuhah Jakfar, Mas’adah Hasyim, Nanik Farida hingga Ida ar-Rayyan, (Dari berbagai sumber)