P3M.OR.ID. Ada 25 pesantren di bawah naungan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) yang akan menjadi menjadi uji publik program pesantren dengan standar global. Pesantren-pesantren tersebut antara lain Bahrul Ulum Jombang, Al Aqobah Jombang, Darul Mughni Bogor, Al Jawi Bogor, dan Annuqayah Sumenep
Hal tersebut terungkap dalam rapat antara Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU, Senin ( 24/2). Menurut Ketua RMNU NU KH Hodri Arief adanya rencana itu mengaku sesuai arahan dari Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) terkait pesantren yang harus terintegrasi dengan sistem global tanpa kehilangan ciri khasnya. “Sesuai arahan Gus Yahya, pesantren ini harus bisa berintegrasi dengan sistem global tanpa kehilangan karakteristik pesantren itu sendiri,” tuturnya.
Lebih lanjut Kiai Hodri menjelaskan kemungkinan ada bagian dari pesantren akan hilang terkait dengan transformasi ini. ” Gus Yahya juga menyampaikan bahwa ada bagian yang mungkin harus kita relakan untuk hilang atau lepas dari pesantren, tetapi ada bagian-bagian yang harus kita rawat (dan) kita jaga karena merupakan karakter pesantren,” ungkapnya.
Menindaklanjuti hasil ini, Kiai Hodri bersama RMI akan melakukan pengujian standar pesantren agar sejajar dengan standar global miliki. “Setelah ini kita akan semacam uji publik merumuskan standar pesantren ini dengan mengundang pesantren-pesantren yang kita pandang representatif,” imbuhnya. Kemudian Kiai Hodri juga menyebut ada 25 pesantren yang akan menjadi uji publik program standar pesantren ini yang hingga saat ini dalam tahap rancangan.
Sistem Manajemen dan Kurikulum
Menurutnya RMI akan melakukan pengujian standar pesantren agar sejajar dengan standar global. “Setelah ini kita akan semacam uji publik merumuskan standar pesantren ini dengan mengundang pesantren-pesantren yang kita pandang representatif,” imbuhnya. Kiai Hodri menyebut ada 25 pesantren yang akan menjadi uji publik program standar pesantren ini. Beberapa pesantren di antaranya yakni Bahrul Ulum Jombang, Al Aqobah Jombang, Darul Mughni Bogor, Al Jawi Bogor, dan Annuqayah Sumenep
Sementara itu Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf standar-standar tersebut meliputi sistem manajemen, serta standar kurikulum pesantren. Keduanya harus menyesuaikan dengan kurikulum nasional dan berdinamika atau bertaraf global. Menurut Gus Yahya gagasan-gagasan tersebut sudah dalam pembahasan. Bahkan dalam perkembangannya kemudian pemerintah menindaklanjutinya. “Alhamdulillah gagasan-gagasan pokok yang sudah kita kembangkan ini mulai diadopsi oleh stakeholder yang berwenang, seperti pemerintah,” tambahnya.
Melansir laman nu.or.id Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno berkeinginan untuk membuat suatu kebijakan terkait dengan pesantren. Akhirnya kemudian muncul gagasan strategi dengan mengundang stakeholder dari pesantren agar bisa dilakukan transformasi yang konkret dan praktis. Namun pada saat ini masih mencari model rancangan untuk mencakup seluruh dunia pesantren terkait dengan rancangan standar di dunia pesantren NU. “Pada titik ini sebetulnya kita masih dalam tahap mencari model untuk menuju kepada satu governing system pesantren yang lebih komprehensif dan mencakup keseluruhan dunia pesantren yang ditampilkan di sana,” ungkap Gus Yahya