P3M.OR.ID. “Kami berharap Indonesia bisa menginspirasi dunia Islam. Pengalaman Indonesia meneguhkan falsafah Pancasila dan membumikannya dalam 79 tahun setelah merdeka dari penjajahan patut menjadi salah satu teladan bagi penguatan nasionalisme, pembangunan demokrasi, peningkatan ekonomi, dan pembentukan karakter warga,” ujar Duta Besar Palestina untuk Tunisia kepada saya dalam sebuah kegiatan di kota Tunis.
Dalam tiga tahun terakhir, kami sangat aktif mempromosikan Indonesia secara terus-menerus bagi warga Tunisia, dan kawasan yang menggunakan bahasa Arab. Pidato Pancasila 1 Juni 1945 yang disampaikan Bung Karno diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Buku Keislaman, Keindonesiaan, dan Kemodernan, karya Nurcholish Madjid juga diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Beberapa buku karya Bung Karno, Buya Hamka, Buya Syafii Maarif, Jalaluddin Rakhmat, dan buku saya sendiri akan segera diterbitkan dalam bahasa Arab. Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Tunisia mempunyai program penerjemahan karya-karya para pemikir dan cendekiawan.
Indonesia makin dikenal luas, tidak hanya destinasi wisata yang mempesona, seperti Bali, Banyuwangi, dan Jakarta, melainkan juga gagasan besar yang menjadi falsafah dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila mulai dikenal luas sebagai fundamen utama bagi pembentukan soliditas dan solidaritas kebangsaan. Indonesia dan kerja-kerja diplomasi terus menghiasi media-media arus utama Tunisia.
Ada rasa bangga dan haru bahwa pengabdian pada negeri tercinta mendapatkan respons positif, bahkan apresiasi dari warga Tunisia dan para kolega Duta Besar dari negeri-negeri sahabat, seperti Duta Besar Palestina untuk Tunisia dan para Duta Besar lainnya dari negara-negara sahabat.
Meneropong Indonesia dari luar negeri dapat menumbuhkan optimisme bahwa kerja dan karya kita selama ini mendapatkan apresiasi. Bahkan, mulai muncul gagasan agar Indonesia dapat menginspirasi dunia Islam lainnya. “Pengalaman Indonesia harus masuk dalam kurikulum pendidikan dunia Islam lainnya. Kami harus belajar dari Indonesia, dan Indonesia harus mengajarkan kami,” ujar Duta Besar Palestina untuk Tunisia.
Harapan tersebut muncul dalam ruang geopolitik dan sosial-politik yang saat ini sangat mengkhawatirkan. Penjajahan dan pendudukan Israel di tanah Palestina yang terus berlangsung sejak awal abad ke-20 hingga sekarang ini merupakan masalah serius, karena dampaknya sangat luas. Palestina tidak hanya masalah bagi warga Palestina, melainkan juga masalah sentral sebagian besar dunia. Indonesia bersama negara-negara Asia-Afrika pada 1955 telah melahirkan sebuah keputusan bersama perihal pentingnya kemerdekaan Palestina.
Di kawasan Timur-Tengah, kemerdekaan Palestina merupakan suara mayoritas publik. Di Tunisia, setiap minggu ada demonstrasi mendukung perjuangan Palestina dan mengutuk keras penjajahan Israel di Gaza, Tepi Barat, dan Libanon. Dukungan dan doa untuk Palestina tidak pernah berhenti. Bahkan, para musisi Timur-Tengah membuat sebuah lagu yang menggugah perjuangan bagi kemerdekaan Palestina, yaitu al-Hilm al-‘Araby. Kemerdekaan Palestina merupakan mimpi orang-orang Arab.
Namun, faktanya Palestina yang sudah tidak berdaya masih terus digempur oleh Israel dibantu negara-negara adidaya, utamanya Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya. Kisah Palestina merupakan puncak dari kesedihan dan kesengsaraan, dan untuk mengatasinya diperlukan energi kolektif untuk melawan nafsu penjajahan Israel dan negara-negara Barat.
Dalam konteks tersebut, pengalaman Indonesia menjadi penting dan menemukan momentumnya. Salah satu yang mendapatkan perhatian dari keistimewaan negeri kita, yaitu soliditas dan solidaritas. Menurut Ibnu Khaldun dalam magnum opusnya, Al-Muqaddimah, bahwa bangsa kita mampu membangun soliditas, solidaritas, dan kerja sama (al-ashabiyyah), yang mampu memperkokoh kebangsaan kita. Bahkan, kita mampu menjadikan cinta Tanah Air sebagai keyakinan teologis dalam berbangsa dan bernegara dengan diktum, hubb al-wathan min al-iman. Cinta Tanah Air adalah ekspresi keimanan pada Tuhan yang Maha Kuasa.
Kebhinnekaan agama, suku, bahasa, dan mazhab tidak menjadi halangan untuk membangun persatuan kebangsaan. Bhinneka Tunggal Ika menjadi semboyan yang mendarah daging dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita benar-benar menjadi bangsa yang inklusif di satu sisi, tetapi di sisi lain juga mampu menjadikan kemajemukan sebagai kekuatan untuk membangun negeri, melalui kerjasama seluruh elemen bangsa.
Bhinneka Tunggal Ika juga mampu diterjemahkan dalam konteks penguatan demokrasi. Dalam konteks politik multipartai, hal tersebut tidak menjadikan kita terbelah dan terpolarisasi yang dapat mengganggu solidaritas kebangsaan. Kita menyadari betul, bahwa semua elemen bangsa mempunyai tujuan yang sama dalam melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
Istimewanya, Islam Indonesia juga mempunyai peran penting dalam memperkokoh kebangsaan dan mendorong pembangunan karakter. Salah satu yang menjadi perhatian warga Tunisia dan kawasan Timur-Tengah, yaitu perangai akhlak mulia dan murah senyum dari warga Indonesia. Umumnya, mereka mengenal warga Indonesia dari ibadah umrah dan haji, yang dikenal rapi, disiplin, dan beribadah secara khusyu’.
Di samping itu, perangai para mahasiswa Timur-Tengah yang sedang menuntut ilmu di berbagai kawasan Timur-Tengah, seperti Tunisia, Mesir, Maroko, Aljazair, Qatar, UAE, Arab Saudi, Jordania, Oman, Iran, Turki, dan Sudan, secara umumnya memberikan kesan positif terhadap Indonesia. Perangai akhlak mulia dan ketekunan dalam menuntut ilmu, menjadikan kemajuan Indonesia dapat dipahami sebagai buah manis dari pendidikan dan penempaan para generasi muda melalui pendidikan tinggi. Pembangunan sumber daya manusia menjadi hal penting, yang didukung penuh oleh masyarakat dan pemerintah.
Puncaknya, diplomasi Indonesia di kawasan Timur-Tengah merupakan kerja kolektif yang apik, yang berhasil mempromosikan khazanah kebudayaan dan pariwisata, meningkatkan ekspor perdagangan, dan kerjasama yang makin baik dalam bidang-bidang lainnya. Diplomasi yang riil dan kongkrit telah menyentuh hati warga di berbagai penjuru dunia Islam lainnya. Indonesia semakin menyala dan berada di hati sanubari mereka.
Di masa mendatang, diperlukan sebuah upaya yang lebih proaktif untuk menyediakan media dalam berbahasa Arab, seperti televisi dan radio, sehingga diplomasi Indonesia di kawasan Timur-Tengah dan dunia Islam lainnya semakin kokoh, dan pada akhirnya Indonesia dapat menginspirasi dunia Islam.
(Artikel ini pernah dimuat di www.detik.com)