Indonesia memiliki 26.975 pesantren. Apabila dibangun strategi kolaborasi antarpesantren dengan pemangku kepentingan lainnya untuk menangkal perubahan iklim. Jika itu terjadi maka akan menjadi aksi yang sangat signifikan. Apalagi sudah ada beberapa pesantren yang sudah fokus pada pelestarian lingkungan. Sehingga, yang dibutuhkan adalah rencana aksi untuk kolaborasi agar berkelanjutan dan terjadi akselerasi melalui Aliansi Eco-Pesantren
P3M.OR.ID.Komunitas pondok pesantren perlu terlibat dalam mencegah dampak pemanasan global. Salah satunya caranya adalah memberdayakan sumberdaya pesantren dalam mencegah bencana iklim yang belakangan mulai melanda dunia.
“Indonesia memiliki 26.975 pesantren. Apabila terbangun strategi kolaborasi antarpesantren dengan pemangku kepentingan lainnya untuk menangkal perubahan iklim. Jika itu terjadi maka akan menjadi aksi yang sangat signifikan. Apalagi sudah ada beberapa pesantren yang sudah fokus pada pelestarian lingkungan. Sehingga, yang dibutuhkan adalah rencana aksi untuk kolaborasi agar berkelanjutan dan terjadi akselerasi melalui Aliansi Eco-Pesantren,” kata Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq.
Menurutnya, komunitas pesantren perlu terlibat lebih jauh untuk mencegah dampak pemanasan global. Pasalnya ungap Kiai Maman itu, komunitas eco pesantren punya sumber daya yang besar untuk diberdayakan dalam upaca mencegah bencana iklim yang belakangan mulai melanda.
Pencegahan Bencana Iklim
Hal tersebut terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema Green Hajj dan Eco Pesantren di Indonesia. Acara yang berlangsung di Jakarta, Jumat (31/5/2024), merupakan inisiasi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Kiai Maman mengatakan penyelenggaraan FGD ini penting sebagai platform penyatuan pemikiran untuk membangun mitigasi terhadap bencana pemanasan global. Sejumlah stakeholder dari lintas instansi dan komunitas eco pesantren mengadakan
Sementara itu Direktur Pemulihan dan Peningkatan Sosial, Ekonomi dan Sumber Daya Alam BNPB, Harry Alexander menyebut gagasan FGD ini untuk mengetahui dan meningkatkan awareness akan dampak perubahan iklim terhadap pelaksanaan ibadah haji. Selain itu juga mendorong kampanye haji yang ramah lingkungan melalui sinergi dengan eco pesantren Indonesia.
Selain itu, harapannya dalam FGD ini adalah memberikan pemahaman akan pentingnya perencanaan keuangan dan kemampuan fisik dalam rangka menunaikan ibadah haji, juga tentunya untuk mewujudkan peningkatan layanan bagi Jemaah haji dengan sinergi antara lembaga terkait.
“Mendukung pengelolaan keuangan haji yang berkelanjutan dan memberikan kemashlatan bagi ummat dan seluruh stakeholder perhajian; Peningkatan pendaftar haji muda yang merupakan potensi dari berbagai Lembaga dan organisasi serta ekosistem perhajian; Mendukung perencanaan haji yang peduli lingkungan dan kemanfaatan bagi Ummat,” kata Harry menambahkan.
Hadir dalam kesempatan itu Anggota BPKH Harry Alexander, Direktur Pemulihan dan Peningkatan Sosial, Ekonomi dan Sumber Daya Alam BNPB, Dra Eni Supartini, Deputi Direktur DEKS BI Anna Setiawati, Dr Fahrudin Mangunjaya akademisi UNAS, Prof Jatna Supritna dari DIPI, serta Ir Dadang Ahmad Cahria profesional. Hadir juga berbagai representasi komunitas eco pesantren dari berbagai wilayah Indonesia.