Indonesia Pesantren Network (IP Network) berencana mengembangkan teknologi informasi (TI) di 400 pondok pesantren di Indonesia. Hal ini untuk memupus kesan pesantren kumuh dan tertinggal dari lembaga pendidikan lain.
Sekjen IP Network Subhan Wira Wijaya menyatakan pihaknya optimis rencana ini akan terealisasi. Pasalnya, pesantren memiliki modal berupa SDM maupun lahan yang luas. Rencananya, IP Network akan menggandeng provider dan CSR sejumlah perusahaan yang peduli pendidikan.
“Selama ini pesanten mendapat stigma buruk, kumuh dan tak bisa mengakses internet. Kita akan mengubahnya dengan menjadikan pesantren pusat pengembangan TI di indonesia,” kata Subhan di sela-sela halaqoh pesantren di Ponpes Ushuludin, Bawang, Salaman, Kabupaten Magelang, Minggu (10/2).
Halaqoh ini diikuti ratusan pimpinan ponpes dari seluruh Indonesia. Selain dari Jawa Tengah hadir pimpinan ponpes Jawa Timur, Lampung, Jambi, DIY, NTB, Palembang, Nias dan lainnya. Pembicara dalam kegiatan ini adalah Dirjen Pendidikan Diniyah dan Pesantren Kemenag RI Drs H Saifuddin MA, pakar telekomunikasi Dr Slamet Suparmaji, Ketua PWNU Jawa Tengah Drs Muhammad Adnan MA, dan artis Mucle.
Disebutkan bahwa ada 37 ribu pesantren yang sudah memiliki Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP). Jumlah ponpes akan lebih banyak lagi jika ponpes yang belum memiliki NSPP juga dihitung. “Kita akan bangun sinergi agar pesantren bisa menjadi basis IT negara,” tandas dia.
Jika hal ini terwujud, Subhan optimis pesantren bisa sejajar atau bahkan kualiatasnya lebih tinggi ketimbang lembaga pendidikan modern baik di Indonesia maupun asing. “Kalangan pesantren harus bisa mewarnai dunia maya,” ungkap pengasuh Ponpes Ushuludin KH Drs Mansyur Chadziq.
Menurut Gus Mansyur berulangkali laman internet NU diserang sejumlah kelompok hacker dari kalangan Islam garis keras. Mereka sengaja mengganggu dan merusak upaya dakwah warga NU lewat internet. Untuk itu, kata dia, kalangan Islam moderat juga harus menguasai tekonologi informasi agar bisa mengembangkan dakwah lewat media internet.
Ketua PWNU Muhmmad Adnan menegaskan bahwa pesantren memiliki keunggulan komparatif yang harus bisa ditransformasikan menjadi keunggulan kompetitif. “Zaman sudah berubah, pesantren harus bisa mengikuti perubahan zaman,” tegas dia.
Sementara itu artis Mucle mengaku tergerak untuk memasyarakat IT di pesantren guna membuka akses dan wawasan kalangan pesantren. Ia berharap santri dan kyai akan melek teknologi karena dakwah kini tidak hanya melalui mimbar saja. “Pesantren itu lembaga tempat penciptaan pemimpin masa depan. Janganlah pengetahuan mereka dibatasi. Harus dibuka wawasan terhadap semua ilmu pengetahuan. Kini dengan satu gadget kita bisa membuka dunia,” kata Mucle.
Post: Suara Merdeka, 10 Februari 2013
Repost: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)