P3M.CO. Pesantren API Salaf Tegalrejo, Magelang, menunjukkan komitmen kuat dalam pengelolaan sampah. Pesantren yang mempunyai santri sekitar 5.000 orang ini ternyata berhasil mengelola volume sampah signifikan. Pemantauan pada pertengahan Agustus 2025 menunjukkan perkembangan positif terutama dalam pemanfaatan sarana dan prasarana (sapras) pengelolaan sampah anorganik. Tak salah kalau pesantren API Tegalrejo berhasil mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi terkait pengelolaan sampah santri.
Menurut M. Charisuddin dan Ma’ruf Hidayat pengelolaan sampah di pesantren mengalami kemajuan yang pesat. Berkolaborasi dengan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) dan CCEP Indonesia, setiap bulan berhasil mengelola 4.650 kg sampah organik. Selain itu, 30.150 kg sampah anorganik juga terkumpul. “Ini menunjukkan skala pengelolaan yang besar,” ungkap Ma’ruf Hidayat, Ketua Bank Sampah pesantren API Tegalrejo.
Pemanfaatan Maksimal Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah
Pesantren API Tegalrejo telah mengoptimalkan banyak sapras. Bantuan kendaraan angkut Viar setiap hari untuk mengangkut sampah. Tempat sampah terpilah tersedia di berbagai titik strategis. Kolam bulat untuk bioflok dan biopond untuk budidaya maggot berfungsi baik. Sampah kemudian tercatat dan dalam notepad untuk membantu akurasi data.
Namun, beberapa sapras belum termanfaatkan secara maksimal. Bata terawang misalnya, belum ada. Penimbangan sampah yang sudah ada juga belum optimal. Sepatu boot untuk petugas kebersihan belum digunakan. Sebaliknya, sarung tangan sudah rutin dipakai. “Kami terus berupaya memaksimalkan seluruh alat,” ujar Ma’ruf Hidayat. Selain itu juga akan mensosialisasikan pengelolaan sampah ini dalam bentuk video berdurasi 5-10 menit. ” Ini akan menunjukkan manfaat alat secara visual,” tambahnya
Sampah Anorganik: Sumber Pendapatan Jutaan Rupiah
Pengelolaan sampah anorganik pesantren API Tegalrejo ternyata sangat menjanjikan. Sampah plastik, botol air mineral bekas, dan kardus yang sudah terpilah sudah terkumpul secara rutin. “Setiap hari, sekitar 1.005 kg sampah anorganik berhasil terkumpul,” ujar Ma’ruf Hidayat .
Penjualan sampah anorganik menghasilkan pendapatan signifikan. Pesantren rata-rata memperoleh lebih dari Rp 3.000.000. Penjualan tersebut akan berlangsung setiap 35 hari sekali. Pengepul lokal menjadi mitra tetap pesantren. Sampah dikumpulkan di tempat pemilahan khusus sebelum menjualnya. Santri dan petugas kebersihan terlibat aktif dalam proses ini. Saat ini, hasil penjualan masuk kas pesantren dan belum terbagikan kepada santri secara langsung.
Untuk sampah organik, pesantren mengumpulkan sisa nasi, sayur, dan buah. Adapun sumbernya dari kamar santri, ndalem, dan koperasi. “Sekitar 155 kg sampah organik terkumpul setiap hari. Budidaya maggot menjadi fokus utama pengolahan. Maggot yang dihasilkan belum dijual karena masih dalam tahap perbanyakan. Program budidaya lele di kolam bioflok juga belum mencapai panen,” jelasnya.
Namun lanjut Ma’ruf, meskipun pemilahan sudah berjalan, residu sampah masih menjadi isu. Sekitar 50 kg residu tersisa setiap hari. Sampah residu ini masih dibakar. Meskipun demikian, program pengelolaan sampah ini efektif dan berhasil mengurangi biaya buang sampah sekitar Rp 500.000. Ini merupakan penghematan yang nyata.
Pengembangan Program
Pesantren API Salaf Tegalrejo terus memaksimalkan program yang ada. Belum ada rencana budidaya atau ternak lain selain maggot dan lele. Mitra atau kerja sama dengan pesantren lain juga belum terjalin. Meskipun demikian, kerja sama antar pesantren sedang dalam perencanaan. Pengembangan program di luar CCEP dan P3M juga belum ada.
Kebijakan pengelolaan sampah telah dibuat. Sosialisasi pun rutin dilakukan. Bentuk sosialisasi meliputi pertemuan bulanan dan instruksi tertulis. Namun, SK Bank Sampah dan profil bank sampah pesantren belum dibuat. Kendala utama adalah pembuangan sampah tidak sesuai tempatnya. Untuk mengatasinya, sosialisasi intensif kepada seluruh santri terus dilakukan. “Kami akan terus bekerja keras,” tutup Ma’ruf. “Tujuannya, meningkatkan kesadaran dan partisipasi santri.” Harapannya, program pengelolaan sampah ini berjalan optimal.













