Profil Pesantren

Pesantren Ahlusunnah Wal Jamaah, Menes, Pandeglang

291
×

Pesantren Ahlusunnah Wal Jamaah, Menes, Pandeglang

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Pesantren Ahlusunnah Wal Jamaah, Menes, Pandeglang
Ilustrasi Pesantren Ahlusunnah Wal Jamaah, Menes, Pandeglang

P3M.or.id – KH. Tubagus Entol Ahmad Asrori mendirikan pesantren ahlusunnah Wal Jamaah di desa Menes, 40 Km sebelah utara kabupaten Pandeglang, Jawa Barat, pada 11 Februari 1953.

Kyai Ahmad, alumni Mathla’ul Anwar yang pernah mondok di pesantren Tebu Ireng, Jombang, sekitar tahun 1923.

Usaha Kyai Ahmad membangun pesantren ini berjalan lamban. Baru pada tahun 1966 berhasil mendirukan kamar pemondokan santri. Pada tahun 1964 pesantren ahlusunnah wal jamaah membuka sistem madrasi untuk menampung lonjakan santri di Lembaga Mathaliul Anwar Menes.

Pesantren ahlusunnah wal jama’ah ini menempati lahan seluas satu hektar dengan fasilitas meliputi masjid, 8 lokal madrasah, dan 5 kamar santri. Pada tahun 1984, jumlah santri mencapai 205 orang, terdiri dari 100 putra dan 105 putri, sebagian besar berasal dari sekitar Pandeglang.

Pelajaran kitab dalam pesantren mencakup Asasul Islam, karangan KH. TB Ahmad, Kifayatul Ahyar, Fathul Muin, Asasul Iman, Ihya Ulumuddin, Tijan Dhurori, Fawaidul Jalilah, Alfiyah, dan Nihayatus Zen. Dua dari kitab-kitab tersebut digunakan sebagai pegangan dalam pengajian, yakni Asasul Islam dan Fawaidul Jalilah.

Dalam pengasuhan pesantren, KH Ahmad mendapat bantuan dua putranya dan seorang menantu. Sedangkan, untuk madrasah, 30 guru swasta memberikan kontribusi mereka. Biaya rutin bulanan pada tahun 1985 mencapai Rp. 250.000,-, dari iuran santri dan bantuan masyarakat.

Di bidang ketrampilan, pesantren mengadakan pelatihan menjahit dengan 15 santri berpartisipasi, sementara koperasi pesantren beranggotakan 25 orang dan memiliki kekayaan mencapai Rp. 75.000,00 hingga tahun 1984.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *